Mohon tunggu...
Monang Ranto Vaber Simamora
Monang Ranto Vaber Simamora Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Suami dari seorang istri dan seorang gembala jemaat.

Perintah itu pelita, ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

10 Ciri Gereja Berasa "Ganja"

14 September 2022   11:10 Diperbarui: 14 September 2022   16:38 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Gereja berasa "ganja" adalah gereja yang khotbahnya berfokus pada berkat materi, mujizat kesembuhan, kata-kata motivasi dan kesaksian pribadi. Gereja seperti ini hanya menyuguhkan hal-hal yang positive karena tujuannya untuk memuaskan hati jemaat. Metode ini diajarkan dalam buku "pertumbuhan gereja". Inilah "ganja" yang ditawarkan yang membuat orang-orang nyaman dan berpuas diri sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran.

5. Gereja berasa "ganja" adalah gereja yang keuangannya tidak transparan. Herannya dalam gereja yang seperti ini, banyak jemaat yang merasa nyaman dengan keadaan itu. Mereka tidak peduli dengan keuangan dalam gereja mereka. Bagi jemaat seperti ini yang penting dia nyaman dan puas dengan berada di gereja tersebut.

Prinsip "uang jemaat harus diketahui jemaat" mereka tidak mau tahu. Di sini rasa "ganja"nya adalah ketidakpedulian. Orang seperti ini tidak mau repot dan tidak mau tahu dengan keuangan gereja mereka.

6. Gereja berasa "ganja" adalah gereja yang menikahkan orang dengan memasang tarif. Banyak jemaat senang berada dalam gereja seperti ini karena mereka bisa menikah kapan saja dan menyarankan orang lain dan saudaranya untuk menikah di gerejanya. Pendeta/gembalanya untung dan orang yang mau menikah lagi juga tertolong.

7. Gereja berasa "ganja" adalah gereja yang rohaniawannya pecandu. Jemaat di gereja seperti ini tidak peduli dengan kehidupan pendeta/gembala mereka, apakah pecandu ciu, pecandu rokok, apakah pembisnis curang dan sebagainya.

Alasan mereka hanya fokus kepada Tuhan bukan kepada para pemimpin mereka. Herannya mereka nyaman dan puas dengan alasan yang dibuat-buat tersebut. Alasan lainnya semua manusia juga berdosa, pendeta/gembala juga manusia karena itu tidak menjadi soal apakah pendeta/gembalanya pecandu itu bukan urusan jemaat, itu urusannya dengan Tuhan.

8. Gereja berasa "ganja" adalah pemimpin yang tidak boleh dikritik. Jemaat diajar agar "Jangan mengusik orang yang diurapi". Dia mengangkat diri sebagai orang yang diurapi. Membuat ajaran bahwa pemimpin gereja tersebut tidak bisa salah karena dia adalah wakil Kristus di bumi. Semua jemaat yang ada dalam gereja seperti ini nyaman dan puas dengan pengetahuan tersebut. Biasanya jemaat seperti ini bukan hanya puas tetapi juga bangga bahwa pemimpin mereka tidak boleh dikritik.

9. Gereja berasa "ganja" adalah gereja peminta-minta. Membangun gedung gereja dengan cara minta-minta karena mereka bermental pengemis. Padahal dalam khotbahnya bicara mujizat, berkat berlimpah tetapi saat membangun gedung gereja mereka menyebarkan proposal kemana-mana.

Berkat yang mereka gembar gemborkan itu hanya dinikmati oleh telinga mereka sendiri, faktanya mereka adalah orang-orang kikir. Kepuasan diri jemaat seperti ini adalah mereka tidak perlu merogoh kocek mereka sendiri karena orang lain yang mereka minta untuk pembangunan gedung gereja dan bahkan dana natal mereka.

10. Gereja berasa "ganja" adalah gereja yang menyuguhkan hiburan semata. Hiburan yang disuguhkan adalah atraksi, khotbah-khotbah yang lucu, konser-konser musik yang tidak ubahnya dengan diskotik. Jemaat yang ada dalam gereja seperti ini terhibur dan merasa puas dengan semua suguhan tiap minggu yang diberikan oleh gereja mereka.

Gereja seperti ini paling pintar menghibur dan membuat hati jemaatnya meluap-luap dengan mempermainkan alam bawah sadar mereka. Musik yang melo dan bisikan kata-kata yang menghipnotis sementara jemaat tutup mata, membuat hati mereka senang dan perasaan mereka terpuaskan. Inilah "ganja"nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun