Apa substansi masalahnya? Definisi mabrur itu sendiri tidak dapat dipahami hanya dari narasi definisi yang telah disampaikan diberbagai rujukan karena definisi haji mabrur yang dilandasi oleh indikator syariat saja belum tentu dapat merubah perilaku seseorang. Untuk itu perlu memberikan alternatif pemahaman terhadap maknamakna perilaku haji yang terdapat dalam rangkaian manasik haji secara mendalam untuk mengungkap rahasia dan makna strategis yang menyentuh hati.
Keempat, tak bisa dilupakan pula, haji dapat diartikan sebagai perjalanan religi dalam menapaktilasi sejarah peradaban dan keadaban Islam. Seorang jama'ah haji/umrah, akan mengunjungi dan melakukan ritual peribadahan (manasik) yang memiliki nuansa spiritual dan juga historical.
Saat seseorang melakukan ibadah haji, akan dihadapkan pada situs-situs Islam, dan peristiwa spiritualitas keluarga Ibrahim As. Perjuangan Ibrahim As dan keluarganya, tidak bisa dipisahkan dari prses ibadah haji yang dilakukan umat Islam di setiap tahunnya.
Tearkhir, peristiwa ibdah haji juga menandai puncak keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW. Itulah momentum haji wada' (perpisahan) yang merupakan ibadah haji yang pertama kali dilakukan oleh beliau SAW sekaligus ibadah haji yang terakhir. Beberapa saat setelah momentum ibadah haji wada', Rasulullah SAW pun menutup mata.
Berdasarkan pendalaman makna kata tersebut, dapatlah dipetik hikmahnya, bahwa perjalanan haji itu, termasuk jenis praktek ibadah yang memiliki makna dan dimensi yang sangat luas. Perjalanan haji, bukan sekedar membutuhkan kesungguhan dan tekad niat yang baik, tetapi juga kesiapan finansial, dan juga fisik jasmani.