Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Buruh, Sekadar Nostalgia!

1 Mei 2024   06:18 Diperbarui: 1 Mei 2024   06:33 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang ada pertanyaan kecil dalam diri ini, untuk apa merayakan hari buruh ? untuk apa melakukan peringatan-peringatan ini, dan itu ? apakah hal itu menjadi sebuah keharusan, atau sekedar bernostalgia semata ?

Hari ini, buruh di negeri kita, bergabung dengan buruh-buruh internasional, melakukan perayaan May Day. Maksud dan tujuan dari peringatan May Day itu, adalah sebuah kenangan terhadap keberhasilan pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi pada tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja pada era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Berpijak pada kejadian itu, peristiwa itulah yang kemudian dijadikan agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Sebagaimana diketahui  bersama, bahwa hari Buruh lahir sebagai buah dari rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Jika diperhatikan dengan seksama, setidaknya ada tiga kategori cara manusia dalam melaksanakan peringatan hari-hari nasional.

Pertama, hari peringatan sebagai sebuah nostalgia sejarah. Misalnya, hari kemerdekaan. Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan peringatan hari kemerdekaan negara Republik Indonesia. Tentunya, peringatan hari kemerdekaan yang dilakukan di setiap tahunnya, bukanlah perjuangan kemerdekaan seperti halnya masa lalu. Peringatan hari kemerdekaan tahun 2024, misalnya, sekedar mengingat, mengenang atau bernostalgia tentang apa yang pernah terjadi di masa lalu.

Kedua, peringatan hari-hari nasional, sebagai momentum perayaan yang sesungguhnya. Hari libur nasional adalah hari nyata, dan tindakan nyata. Misalnya, liburan hari lebaran atau idul fitri dan idul adha. Di akui atau tidak, hari libur nasional pada hari-hari tersebut bukan sekedar kenangan atau nostalgia, tetapi juga adalah hari pelaksanaan nyata. Di hari idul adha itu, perayaan ibadah dan ritual-ritual ibadah lainnya di lakukan.

Ketiga, peringatan hari nasional, sebagai sebuah refleksi. Artinya, memperingati sesuatu hal, bisa menjadi sebuah nostalgia, namun spirit dan nilai-nilai yang ada di dalamnya, kemudian dijadikan sebagai inspirasi untuk perjuangan di masa depannya. Misalnya begini. May Day adalah hari buruh, peringatan terhadap peristiwa di Amerika Serikat di awal abad XIX. Tetapi, nilai-nilai perjuangan itu, mungkin dapat dijadikan inspirasi.

Bila saja, ada yang mengatakan, bahwa perjuangan May Day dulu adalah perjuangan kaum buruh melawan kelompok kapitalis. Dengan kata lain, bila hari ini, kita merayakan hari buruh di negeri kita, apakah masih ada sisa masalah perburuhan yang harus terus diperjuangkan ? atau, dengan adanya  May Day ini, apakah secara tidak langsung kita  mengakui bahwa di negeri kita masih muncul kuasa kaum kapitalis yang berkuasa dan menguasai perekonomian negara, sehingga buruh masih terus harus melakukan perjuangannya ?

Terkait dengan hal ini, muncul pertanyaan, khususnya untuk konteks hari buruh nasional kali ini. Apakah peringatan hari buruh ini, sekedar ritual atau perjuangan nyata terkait dengan nasib buruh di negeri kita ? sebab, hal yang kurang menggembirakan, jika peringatan hari buruh kali ini, lebih terasa formalitas belaka dan atau bahkan terkondisikan oleh tangan-tangan kaum borjuis, maka peringatan hari buruh di negeri kita ini, lebih sekedar nostalgia belaka !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun