Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

RA Kartini, Tulisanmu Energi Perubahanmu

22 April 2024   06:08 Diperbarui: 22 April 2024   16:56 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idemu Energimu (sumber : pribadi, bing.com) 

Satu diantara sisi viral dari Kisah Raden Ajeng Kartini, tentunya ada dalam karyanya yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Eh, maaf, ini edisi bahasa Indonesianya. Terbitan tahun 1912. Karena karya inilah, kemudian gagasan, pemikiran dan cita-cita RA Kartini mencuat, membahana dan menggema di seluruh nurani bangsa Indonesia, dan bahkan kini menjadi salah satu misi perjuangan dan pembangunan Indonesia, yaitu emansipasi wanita.

Bisa jadi, kendati kita tidak membaca secara utuh karyanya tersebut, dari lembaran pertamanya saja, sudah ada pesan yang sangat dahsyat, yang disampaikan dalam buku itu. "Dari gelap menjadi cahaya. Tenang menjadi badai. Berjuang untuk menghormati. Kesedihan menjadi ambisi.".

Untuk ukuran masanya, pesan itu merupakan sebuah pesan yang sangat-sangat revolusioner.  Pesan itu, dialamatkan kepada seorang perempuan ningrat, dan juga pribumi, yang dalam posisi sosialnya masih berada di bawah bayang-bayang lelaki dan juga bayang-bayang kaum penjajah.  Ucapan dan pernyataan itu, memberikan sebuah gambaran yang luar biasa, dalam menampilkan sosok perempuan yang satu ini.

Pertama, kita mencatatkan bahwa karena tulisan Kartini mampu memberikan sebuah penyadaran dan kesadaran. Bukan hanya pada pribumi, tetapi juga sebagian kaum intelek Belanda saat itu. Tulisan  Kartini ini, yakin tidak akan terpublikasikan bila tidak ada ketercerahan rekanannya yang notabene adalah orang Belanda. Setidaknya ada 10 orang mitra penanya yang dijadikan teman dialog Kartini, diantaranya JH Abendanon  dan Tn. EC Abendanon.

Kedua, perjuangan menuju kemerdekaan tidak selamanya harus dilakukan di medan perang.Tulisan adalah medan gagasan untuk pemerdekaan kesadaran dan pintu kebangkitan bangsa dan negara. Kita mengetahui, A. Hasan, Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka dan M Natsir serta HAMKA adalah beberapa pejuang kemerdekana di masa lampau yang juga memberikan perhatian penting dalam menularkan gagasan sebagai medan pemerdekaan bangsa dan negaranya.

Di sisi inilah, inspirasi penting yang dibangkitkan kembali oleh Deny J.A, dengan mengatakan perubahan itu berawal dari ide atau gagasan. Jalaluddin Rakhmat dikesempata lainnya juga mengatakan bahwa reformasi itu harus berawal dari pemikiran. Oleh karena itu, bila kita mengenal Cut Nya Dien dan Cut Muthia dalam perjuangan fisik memperjuangkan kemerdekana, maka RA Kartini dapatlah dikatakan sebagai ikon perjuangan ide dan gagasan dari kalangan perempuan Indonesia. Tokoh lain yang tidak boleh diabaikan, yaitu Raden Dewi Sartika yang menuangkan gagasan perjuangan keperempuan melalui karyanya "Kautamaan Istri".

Ketiga, sebagaimana yang disampaikan dibagian awal buku itu, "Dari gelap menjadi cahaya. Tenang menjadi badai. Berjuang untuk menghormati. Kesedihan menjadi ambisi.", memiliki pesan pentingnya melakukan gerak aktiviasi dari setiap kejadian. Setiap orang diantara kita, perlu melakukan kerja rekayasa sosial, gerak keluar dari situasi kegelapan menuju cahaya, mengubah situasi nyaman menjadi sebuah dinamika, dan mengubah kebiasaan menyesali atau mengeluh menjadi sebuah ambisi dan perjuangan. Spirit yang tertanam dalam pesan ini, adalah kebutuhan melakukan aktivitas dan gerak terhadap situasi. Jangan pasrah pada kenyataan, jangan menyerah dengan situasi. Seseorang yang ingin maju, perlu melakukan perubahan sikap dan respon terhadap situasi dan kondisi yang ada saat itu.

Terakhir, merujuk pada perjalanan dan pemaparan ini, setidaknya, hal yang perlu didorong kepada generasi milenial kali ini pun, adalah menggeliatkan kembali literasi kaum muda Indonesia. Untuk menjadi negara besar, kita tidak sekedar butuh praktisi atau orang yang bisa melakukan kerja, melainkan merumuskan ide dan gagasan besar untuk masa depan bangsa Indonesia. 

Generasi pen-Cita,  pemiliki ide dan gagasan masa depan Indonesia itulah, yang khawatir menipis seiring dengan gaya instannya generasi muda saat ini. Saat menurunnya literasi, dan juga adu gagasan diantara kalangan muda, maka bukan hal mustahil masa depan kita, akan kekurangan generasi yang memiliki isi-kepala kreatif.

Kita boleh bangga dengan label milenial yang memiliki tradisi-dan-orientasi baru dibanding dengan generasi sebelumnya. Namun kebaruannya itu, tetaplah bukan sekedar pragmatisme, melainkan juga perlu dibumbui dengan idealisme yang  memperkokoh kekuatan bangsa Indonesia di masa depan. 

Kiranya inilah pesan penting, yang juga tidak boleh dilupakan dari kisah dan perjuangan Bunda Kartini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun