"Pak, bagaimana cara supaya kuliah bisa sukses, dan hemat biaya?" salah seorang siswa mengajukan pertanyaan itu, di sela-sela pembinaan kepada lulusan tahun 2024. Â Dia kelihatannya serius banget, mengajukan pertanyaan itu.Â
"Memangnya, mau kuliah di jurusan apa, dan dimana ?" tanya gurunya, dihadapan forum tersebut.Â
Dia menanyakan hal itu, sekedar meyakinkan diri, terhadap pertanyaan tersebut. Sebab, sebenarnya, dia sudah tahu mengenai latar belakang kemampuan intelektual anak dimaksud, dan juga pilihan jurusannya, serta kondisi ekonomi orangtuanya. Data tersebut, diberikan sehari sebelumnya dari tim BP/BK.
Mendengar pertanyaan itu, kemudian sang anak menyebutkan jurusan dan perguruan tinggi tujuannya. Tak ayal lagi, dengan mendengar minat, dan targetnya itu, sudah tentu harus ada persiapan mental, intelektual dan juga finansial.Â
Melihat  latar belakang ekonomi keluarga yang dimilikinya, maka adalah wajar, bila kemudian dia akan secara ngotot mengajukan pertanyaan itu, dan mencari tahu bagaimana caranya, bisa kuliah tapi hemat biaya.
Pilihan terpahit dan terbaiknya, yaitu kuliah dan ngontrak kamar (ngekost). Itu adalah pilihan terbaik dan terpahitnya. Masalahnya, adalah biaya untuk ngekostnya itulah, yang dia pikir sebagai sesuatu yang berat. Karena, orangtuanya, selain harus memikirkan masalah biaya hidup, biaya kuliah dan juga biaya ngekost. Triple cost, akan terasa berat bagi orangtuanya.
Menyimak keluhan itu, saya teringat pada dua orang atau bahkan lebih dari dua orang. Mereka-mereka itu, saya tahu, kecerdasannya tidak istimewa. Rata-rata atau diatas rata-rata dibanding dengan teman sekelasnya, cuma yakin tidak genius-genius amat. Orang-0rang tersebut, kini sudah menjadi dosen bahkan guru besar di fakultas Ilmu sosial dan ilmu pendidikan di kampus ternama di Kota Bandung ini.
Subhanallah, luar biasa. Mereka bisa memanfaatkan situasi, kondisi dan lingkungannya sebagai sumber belajar, dan sumber kehidupan. Tentunya, mereka itu menggunakan modal kemampuan diri yang dibawa di kampung, yang kemudian dijadikan modal hidup di kota. Apa yang mereka lakukan ?
Jadi marbot masjid Masjid Kampus !
Tugas mereka apa ? secara umum, mengelola dan mengurusi masjid. Kegiatan hariannya, bila tidak salah ingat, sekitar ada3 orang petugas, semuanya berstatus mahasiswa, memiliki tugas sebagai muadzin, bilal dan juga operator elektronik di dalam masjid. Sementara petugas kebersihan masjid, di pegang oleh pegawai kampus yang berbeda lagi.Â
Tugas tiga orang rekan kita ini, yang berstatus sebagai mahasiswa  ini, yang pokoknya yaitu sebagai tukang iqamat, azan, atau operator elektronik di ruangan masjid. Tidak lebih dari itu. Karena diposisikan sebagai petugas masjid, mereka mendapat sekedar makan harian dari DKM Kampus tersebut.