Hemat kata, apapun yang kita dapat di awal kehidupan kita, atau apapun yang kita mampu lakukan di awal karir kita, semua itu adalah modal dalam mengisi kehidupan. Tetapi, fakta sejarah, semua orang akan mencatat dan mengenang akhir  perjalanannya. Akhir perjalanannta itulah, yang akan menjadi catatan sejarah manusia. Dan kenangan terakhir, adalah narasi yang abadi dalam ingatan seseorang dan ingatan sejarah.
Apakah catatan sejarah seperti ini, disebut tidak adil ? bukan tidak adil. Justru disinilah letak keadilannya. Sisi keadilan dalam kasus ini, yaitu pengakuan terhadap adanya fakta perubahan. Bahwa setiap orang ada potensi berubah. Nilai perubahan itu, bukan pada modal atau awalnya, tetapi akhirnya, yaitu produk dari perubahan. Dulunya kaya, kemudian berubah miskin, maka yang akan menjadi indikator penilaian dalam mengisi kehidupannya itu, adalah akhirnya. Dengan kasus itu, menunjukkan orang itu tidak mampu mengelola kekayaannya, atau hidupnya boros. Begitu pula sebaliknya, bila dulunya miskin sekarang kaya, berarti menunjukkan orang itu, mampu melakukan cara luar bisa dalam mengubah nasbi dan kehidupannya. Maka karena itu, sekali lagi, narasi akhir itulah yang akan dikenang abadi oleh kehidupan ini !
Sehubungan hal itu, maka, sudah waktunya, kita semua memperhatikan fase akhir dari setiap langkah kehidupan kita. Karena dari fase akhir itulah, yang akan menentukan kualitas seseorang, kemuliaan seseorang, atau derajat seseorang. Â
Kisah awal, akan menjadi sejarah hidupnya. Kisah akhir yang dijadikan sebagai kenangan abadinya. Oleh karena itu pula, wajar, jika umat Islam, kerap melantunkan doa, "Ya Allah, kami memohon kepadamu untuk menjadi pribadi yang bisa mengakhiri hidup dengan baik, atau khusnul khatimah, dan hindarkanlah kami menjadi pribadi yang keliru di akhir kehidupan atau su'ul khatimah.". Â