Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Setan Dibelenggu, kejahatan kok masih ada !

31 Maret 2024   05:18 Diperbarui: 1 April 2024   05:20 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarkan Jatidiri (sumber : pribadi, bing,com) 

"Jika setan di belenggu, mengapa masih ada orang yang berbuat dosa dan salah ?" satu pertanyaan unik, yang biasa muncul di bulan suci ramadhan ini.

Di luar ramadhan, mungkin banyak orang yang mengalamatkan kesalahan, kejahatan, atau kekeliruan pada setan, atau setidaknya karena ada pengaruh setan atau bisikan setan pada manusia. Tetapi, untuk saat ini, di bulan suci ramadhan ini, Tuhan memberikan keterangan bahwa setan-setan di belenggu. Dengan kata lain, di sinilah, hipotesis ilmiah (rasionalisasinya) sangat jelas, "jika setan dibelenggu, maka pembisik kejahatan bukan dari setan, atau jika setan dibelenggu maka ada aktor lain yang menjadi sumber pembisik kejahatan ?" 

Bagaimana jika kemudian ada orang yang menujuk malaikat ? asumsi yang dimiliki saat ini, malaikat adalah pendamping manusia, dan pendamping manusia, serta pembisik manusia dalam kebaikan. Hal itu seleras dengan pemahaman bahwa malaikat adalah makhluk pemilik ketulusan dalam kerja, dan tidak memiliki nafsu.  

Kelompok makhluk yang memiliki nafsu, adalah manusia. Oleh karena itu, secara tidak langsung, hipotesis ini merujuk pada hipotesis kerja, seluruh perilaku manusia itu, adalah hak manusia itu sendiri. Manusia adalah pelaku dan sekaligus orang yang harus bertanggungjawab terhadap perilakunya sendiri. Tidak ada orang lain, dan tidak ada pihak lain, yang harus disalahkan.

Selama ini, kerap kali kita menyalahkan orang lain. Seorang koruptor menyalahkan system. Seorang bawahan menyalahkan atasannya. Seorang istri menyalahkan perilaku suaminya. Seorang siswa menyalahkan gurunya. Seorang guru menyalahkan muridnya, saat anak mendapatkan nilai buruk dari hasil uji kompetensi. Perilaku itu sudah biasa kita dengar, kita lihat, atau kita lakukan sendiri.  

Khusus untuk bulan suci ramadhan, rasa-rasanya, tidak bisa seperti itu, atau setidaknya tidak bisa serta merta menyalahkan orang lain, khususnya menyalahkan setan. Perilaku yang kita tunjukkan hari ini, benar-benar pekerjaan ini, dan atas dorongan diri sendiri.

Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa melalui ramadhan Allah Swt membelajarkan kaum muslim untuk tidak selalu menggantungkan diri pada factor luar. Kuat dan tidaknya kita bepruasa, sangat bergantung pada diri sendiri.  Ikhlas atau tidak dalam berpuasa, bergantung pada kesungguhan dirinya sendiri. Dengan ramadhan itulah, kita dituntut untuk sadar, bahwa masa depan kita,  nasib diakhirat kelak, amat sangat bergantung pada sikap kita hari ini, di sini.

Akhirnya, kita paham, bahwa semua itu menggambarkan bahwa ramadhan adalah momentum ujian spiritualitas manusia dari Allah Swt. Allah Swt menguji manusia, untuk mengukur kesungguhannya dalam melakukan amalan di muka bumi. Ramadhan adalah momentum Allah Swt menguji kesadaran dan ketulusan manusia, untuk mengakui dan menyadari akan perilakunya sendiri.

Dalam kaitan ini, Allah Swt seolah ingin menegaskan, "melalui ramadhan, seharusnya manusia sadar, bahwa mati itu pasti, sedangkan masuk surga atau neraka adalah pilihan. Ramadhan itu pasti, tetapi derajat ketakwaan itu adalah pilihan." Semua itu bergantung pada sikap manusia itu sendiri !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun