Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Presiden Dasamuka dan Hasratnya

27 Januari 2024   05:38 Diperbarui: 27 Januari 2024   06:06 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam situs museum kemendikbud, dicantumkan kisah singkat Dasamuka. Dasamuka artinya bermuka sepuluh.  Sebutan lainnya, adalah Rahwana, seorang Raja Alengka. Orangnya terkenal sakti, dan pilih tanding. Menurut informasi di media itu, dikisahkan bahwa Dasamuka tampil dalam kisah  wiracarita Ramayana dan Mahabharata.Dasamuka adalah putra Resi Wirawa dengan Dewi Sukesi, mempunyai istri bidadari Dewi Tari, putra Bathara Indra. Mempunyai putra bernama Indrajit. Trikaya, Trisirah. Trimurda dan Pratalamaryam adalah putra dari istrinya yang lain. Rahmawan memiliki saudara, yaitu Kumbakarna, Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana.

Hal menarik dalam wiracarita itu, di sepanjang hidupnya Dasamuka senantiasa menunjukkan kelakukan yang serupa, yaitu selalu mendambakan dan menginginkan Dewi Sri Widawati untuk dijadikan istrinya.  Di lain kisah disebutkan bahwa  Dewi Sri Widawati  dipercaya menjelma ke beberapa putri raja. Misalnya menjelma pada Dewi Sukasalya putri Prabu Banaputra raja Ayodya. Dasamuka meminta dengan paksa sampai akhirnya terjadi pertempuran antara negara Ayodya dan negara Alengka, sampai Prabu Banaputra gugur oleh Dasamuka. Dewi Sukasalya melarikan diri ke hutan dan dilindungi oleh Resi Baratmadya, dan Resi Baratmadya juga di binasakan oleh Dasamuka. 

Pada kisah lain, Dasamuka juga menganggu istri Prabu Harjuna Sasrabahu yang dianggap penjelmaan  Dewi Sri Widawati, yaitu Dewi Citrawatai. Terjadi pertarungan antara Dasamuka dengan Prabu Hasjuna Sasrabahu. Dasamuka kalah, dan disiksa oleh Prabu Harjunasasrabahu, diikat dan diseret dengan kereta mengelilingi negara Maespati. 

Namun tetap tidak kapok. Setidaknya, dalam kisah lain, muncul lagi cerita pengejaran hasrat Dasamuka ini. Di epos Ramayana, Dasamuka menculik Dewi Shinta yang dianggap titisan  Dewi Sri Widawati , dan dalam epos Mahabharata, diceritakan arwah Dasamuka selalu ingin menculik Dewi Sembadra, tetapi selalu dapat digagalkan. 

-o0o-

Sewaktu di kampung, kisah dalam pewayangan adalah cermin. Cermin kehidupan, yang ditampilkan dalam bentuk kisah pewayangan. Sebagai sebuah cermin, sudah tentu, memberikan inspirasi adanya kelakuan nyata dalam hidup dan kehidupannya. Karena cermin itu itu hanya memantulkan apa yang ada dalam kehidupan ini.

Sehubungan hal itu, kita mencoba, sekali lagi mencoba untuk menebak-nebak pantulan yang ada dalam cermin itu. Sebagai sebuah tebakan, semoga tidak terlalu meleset, dan andaipun benar, semoga tidak berlanjut terjadi dalam kehidupan kita.

Iya, betul, merujuk pada kisah itu, memberikan gambaran bahwa dalam kehidupan ini, ada yang disebut hasrat kekuasaan, atau hasrat menguasai. Hasrat, birahi, atau libido adalah beberapa istilah yang biasa digunakan kaum posmodernis untuk menggambarkan gariah yang menggelora dalam jiwa seseorang untuk bisa mendapatkan, merasakan, atau memiliki sesuatu.

Dasamuka adalah cermin. Dalam kisahnya, Dasamuka adalah raja, mungkin dalam konteks modern, dapat dilihat gambarannya pada pemimpin atau kepemimpinan. Pemimpin Dasamuka itu, bisa bereujud kepala, ketua, direktur, lurah, camat, bupati, gubernur, ataupun presiden. Dasamuka adalah raja, dan raja adalah penguasa. Dengan kata lain, penguasa, siapapun dan apapun nama jabatannya potensial menjadi dasamuka !

Dalam kisah Dasamuka, yang ditampilkan adalah hasrat-seksual, atau birahi erotisme. Hasrat atau birahi yang dimilikinya, melabrak etika yang berlaku di masyarakat. Mimpi mendapatkan cinta Dewi Sri Widawati, kemudian malah melabrakan kepemilikan orang lain. Jangankan yang masih bebas dan leluasa, yang sudah jelas dimiliki orang lain pun, dia paksa untuk diambilnya. Sehingga kemudian melahirkan intrik dan konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun