Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masa Depan Kita, Bukan Punya Anak Kita

23 Desember 2023   04:26 Diperbarui: 23 Desember 2023   04:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pribadi, bing.com

Hari ini. Di hadapan orangtua. Tertegun, dan terharu. Dikatakan tertegun, karena tidak menyangka, bahwa hari ini, akan berdiri dihadapan orangtua dengan jumlah cukup banyak, dan sudah tentu tengah berharap ada informasi yang baik, menyenangkan dan menggairahkan masa depannya. Mengapa tidak, karena sejatinya, pertemuan itu adalah pertemuan orangtua dengan pihak sekolah untuk membincangkan masa depan anak-anak (didik).

Terharu. Jelas, ada perasaan seperti ini, karena dalam waktu yang tepat, para orangtua sudah hadir di ruangan. Tepat waktu. Walaupun, betul, belum 100% hadir, namun sudah lebih dari setengahnya hadir. Sehingga, mau tidak mau, memaksa panitia untuk segera memulai acara pertemuan. Atau, dengan kata lain, meningkatkan rasa percaya diri kepada panitia, untuk bisa melaksanakan kegiatan pertemuan dengan orangtua, sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

"bapak, dan ibu.." ungkapku dengan nada agak berat, "kami berterima kasih, atas kehadirannya hari ini, kami berdoa, semoga keseriusan dan kehadiran hari ini, merupakan wujud nyata, keseriusan kita dalam mengawal jalan kesuksesan kepada putra-putri kita.."

Sontak kemudian, diaminkan. Karena respon itu jugalah, kami, panitia merasa bahagia dan tenang. Setidaknya, beban berat dalam mengawal  masa depan, anak-anak diri, sudah mulai terdistribusikan kepada kesadaran orangtua siswa yang hadir saat itu.

Dari atas mimbar, kemudian disambung dengan penjelasan, "kita semua paham, bahwa keberhasilan ini, tidak bisa gantungkan pada para guru di sekolah saja. Untuk keberhasilan anak-anak kita, perlu ada kerjasama kita semua..." ucapan ini pun, kemudian disahuti dengan anggukan ritmis orangtua, yang menunjukkan sikap persetujuannya terhadap pernyataan itu.

"Bapak dan ibu, yang kami hormati..." sambungnya lagi, dengan suara yang agak keras, "patut kita pahami, bahwa masa lalu kita, bukan masa depan anak-anak kita. Masa kini kita, pun, demikian, bukan masa depan anak-anak kita. Bahkan, masa depan kita, jelas sudah bukanlah masa depan anak-anak kita. Mengapa ?" paparannya agak berhenti sebentar.

"di lihat dari sisi usia, masa depan anak-anak kita, potensial lebih panjang dari kita. Hal yang paling nyata, minat anak, bakat anak-anak kita,  termasuk kemampuan anak-anak kita, berbeda dengan diri kita hari ini. Apa yang bisa kita raih hari ini, dan esok hari, tidak selamanya sama dengan minat, bakat dan cita-cita anak kita. Bahkan, kita sudah sering melihat, hobi anak, cita-cita anak, berbeda jauh dengan profesi orangtuanya. Oleh karena itu, jelas sudah bagi kita, bahwa masa depan kita, bukanlah masa depan anak-anak kita. Masa depan kita, berakhir pada sejarah kita, sedangkan masa depan anak-anak akan berkembang dinamis dengan perjalannya sendiri.."

Mendengar paparan itu, sebagian orangtua ada yang serius menyimak, dan ada pula yang melakukan anggukan ritmis seperti sebelumnya. Tetapi, ada pula yang menampakkan wajah yang masih berharap ada penjelasan lanjutan.

"tetapi, ada satu sisi yang berbeda dengan kejadian itu.  Tadi sudah dikatakan, masa depan kita bukan masa depan anak-anak kita, karena anak-anak kita, akan membuat sejarah hidupnya sendiri. Tetapi, yakinilah, kalau kita sukses mengawal anak-anak kita maka masa depan anak-anak kita, adalah juga masa depan kita semua.."

Jika kita berhasil mengawal anak kita menjadi anak yang sehat ,  maka masa depan kita, akan bahagia karena dilindungi oleh anak sehat dan bugar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun