Mungkin, tidak banyak orang yang menyangka, bahwa artificial intelligence (AI), bisa memainkan peran dalam kampanye. Â Belum banyak orang menyangka kehadiran AI dalam konteks ini. Â Padahal, kenyataan dan faktualnya, isu dan sosialisasi gagasan dari kandidat, bisa dan sangat bisa dikemas dan dikembangkan dengan AI.
Masih ingat edaran video yang menggambarkan kemampuan  seorang presiden yang bisa menuturkan pidatonya dalam ragam bahasa? Kemampuan hal serupa itu, amat sangat bisa dan mudah dilakukan oleh anak-muda-milenial yang kreatif. Mereka amat bisa dan mudah melakukannya, yakni dengan membuat produk digital dengan kemampuannya yang 'diluar nalar' atau menakjubkan, serta bisa tak terduga.
Bagi kita di masa sekarang ini, memang perlu hati-hati, dan harus selektif. Karena, sebuah video yang beredar, belumlah bisa dipastikan keasliannya. Video yang beredar di media sosial, bisa saja, adalah produk digital yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggungjawab dengan maksud dan tujuan untuk menjatuhkan, atau menyerang lawan. Resiko dan kejadian ini, sangat mudah.Â
Dari  pengalaman inilah, maka, yang pertama, kita sebagai pemilih cerdas, perlu cermat dan kritis dalam memanfaatkan sumber informasi digital, karena bisa jadi, informasi yang berasal dari sumber digital itu, sangat menyesatkan. Penyesatan informasi sering terjadi di tengah masyarakat, khususnya dengan menggunakan berita-berita falsu (fake atau hoax).
Kedua, berita media sosial adalah masif. Kendati masif bukan berarti kredibel. Karena kredibilitas sumber informasi tidak sekedar masif, tetapi bergantung pda autentisitas sumber informasi. Oleh karena itu, pengujian dan pengecekan sumber informasi menjadi sangat penting.
Lha, kan sumber informasi itu, bisa dimanipulasi? bagaimana? bukankah, kita dapat dengan mudah, mencantumkan simbol, ikon, atau nama instansi yang dapat dianggap sebagai sumber informasinya?
Ketiga, sehubungan masalah inilah, maka yang perlu dilakukan adalah cross-check, atau uji silang informasi. Kita, perlu melakukan pengecekan informasi terhadap sejumlah sumber informasi lainnya. Sebagai pembanding, kita dapat melakukan pengecekan pada sumber teks, atau sumber digital lainnya. Jangan hanya satu sumber, tetapi usahakan lebih dari satu sumber. Dengan uji-silang informasi ini, diharapkan kita akan mendapatkan informasi yang tepat.
Dalam tradisi pengecekan informasi Islam, riwayat informasi yang paling baik itu, adalah mutawatir, artinya disampaikan oleh lebih dari 2 orang atau banyakan. Dengan melimpahnya sumber informasi, yang memberikan satu konten (matan),maka informasi yang disampaikan itu, bisa dapat dipercaya. Sedangkan, bila informasi itu hanya disampaikan oleh satu sumber, dan sumbernya tidak jelas (ghaib), maka patut untuk diragukan, dan bahkan harusnya diabaikan! Â
Sehubungan hal ini, bagaimana sikap kita dalam menghadapi berita tentang debat capres atau debat cawapres?Â
Rasanya, disinilah, kita meyakini bahwa produk digital lebih memainkan peran untuk promosi dan transfer informasi, sedangkan penguatan visi dan misi, akan jauh  lebih tepat bila menyimak dan mencermatinya dari kegiatan faktual, yaitu peristawa nyata dan langsung.
Yang Asli itu, Asli. Produk digital, bisa menggambarkan hal yang asli, tetapi jelas, mengandung unsur manipulasi!