Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengarang Filsafat Geografi

25 November 2023   11:58 Diperbarui: 25 November 2023   12:04 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pribadi, image creator dari bing.com

Masih ada yang mengajukan pertanyaan, Geografi itu IPA atau IPS, natural science atau social science, sosial atau sains ? pertanyaan itu, bukan pertanyaan baru. Sudah sering muncul, dan juga sering dibicarakan. Kendati sering dibicarakan pula, sesering itu pula, kebingungan itu, hadir lagi, datang lagi, muncul kembali dan ditanyakan lagi. Seakan-akan, masalah itu, tidak pernah menemukan jawaban yang  memuaskan.

Sebagai sebuah masalah keilmuan, rasanya adalah wajar dan alamiah. Satu sisi, karena geografi senantiasa bersentuhan dengan warga bumi yang baru, dan bergairah untuk mempelajari masalah Geografi. Sehingga, kita dapat memahaminya sebagai sesuatu hal yang wajar. Tak lebih dari sebuah ruang-belajar di kelas, dulu, anak-anak kelas awal di SMA/MA, menanyakan hal itu. Beberapa saat kemudian mereka paham mengenai duduk persoalan itu. Kemudian, di tahun berikutnya, saat menyampaikan gagasan Geografi ini kepada kelas awal lagi, muncul lagi pertanyaan itu. Nah, wajar kan mereka bertanya? anak baru, menanyakan hal serupa. Rasaranya, adalah sesuatu hal yang wajar terjadi.

Tetapi pada sisi lain, kita akan mengalami kompleksitas yang jauh lebih kompleks bila kemudian ditarik ke tataran akademik. Misalnya, apa memang belum ada pembahasan yang tuntas terkait masalah ini ? apakah pola pikir keilmuan (paradigma) Geografi belum mampu memberikan jawaban yang bisa dipublikasikan kepada khalayak terkait tema ini ? 

Saya yakin, dan ini, sudah sering ditemukan di forum akademik.  Seperti yang baru saja dialami di hari ini. Narasumber yang ada memberikan komentar dan tanggapan mengenai dualisme atau kegalauan dibalik pertanyaan awal tadi. Namun sekali lagi, dan ini terulang lagi, jawaban ini masih lisan. Saya yakin, esok luas, bila ada forum seperti ini lagi, bukan hal mustahil akan muncul lagi pertanyaan serupa kepada narasumber baru, dari warga baru.

Lha... lha, kalau posisi saya apa ? bukankah sudah pernah bertemu dengan pertanyaan itu berulang-ulang ? mengapa tidak urun rembug menyelesaikan masalah ini ?

Tidak perlu khawatir. Secara pribadi, saya sudah mencoba menawarkan gagasan ini, baik di buku "Model-Model Pembelajaran Geografi",  Metodologi Penelitian Geografi maupun Geografi ditinjau dari ragam aspeknya. Pada tiga buku tersebut, saya sudah sampaikan salah satu alternatif, jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, saya sampaikan dalam buku tersebut, dengan meminjam Anthony Giddens, Geografi menganut model dualitas, bukan dualisme. Dualitas itu adalah mengakui ada aspek yang berbeda, namun tidak bisa dipisahkan. Kita tahu,  ada aspek fisik, ada aspek sosial. Kalau kita mengartikan kedua hal itu, adalah sesuatu yang terpisah, namnya dualisme. Tetapi, geografi tidak dualisme, melainkan dualitas, dalam pengertian kedua aspek itu ada dan hadir dalam konteks keruangan.

Itulah contoh sederhana, mengawali mengarang filsafa geografi. Kendati saya pun sadar dan menyadari, bahwa pandangan itu, sekedar tawaran dan bisa jadi malah memancing masalah atau problema baru bagi dunia akademik, khususnya kalangan akademisi Geografi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun