Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketidakpatutan yang Berulang

7 Juni 2023   04:26 Diperbarui: 7 Juni 2023   04:30 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahlah. Tidak perlu lagi untuk ditangisi, dan jangan lagi untuk disesali. Semua adalah bagian dari catatan-catatan penting, yang menjadi lembaran sejarah kehidupan kita. Kejadian ini, bukan untuk pertama kalinya, dan juga bukan untuk hal yang istimewa. Kejadian seperti ini, sudah merupakan kejadian yang berulang, dan berkali-kali.

Andai saja, yang berulang itu adalah pancaran senja Matahari. Maka hal itu adalah sesuatu yang biasa dan mudah dipahami. Setiap pengamat dan pengintai akan merasakan dan menikmati keindahan surya di sore itu. Ini adalah sebuah keindahan yang tak terperikan dalam kehidupan manusia.

Andai saja, yang berulang itu dahaga dan lapar, yang kemudian terpuaskan oleh sesuai nasi dan beningnya air, maka hal itu adalah sebuah kebutuhan. Kebutuhan manusia yang tidak bisa terhindarikan, sebagai manusia jasadi di kehidupan ini.  Inilah yang disebut takdir adalah kebutuhan, ikhtiar menjadi sebuah solusinya.

Andai saja yang  berulang itu adalah ujian,musibah atau tantangan, maka hal itu adalah sebuah kenyataan hidup.  Dunia tidak datar, dan dinamika akan terus berputar, bahkan bergejolak. Kadang naik, kadang turun, kadang belok, kadang lurus, dan kadang pula zig ziga tak beraturan. Maka solusinya adalah fleksibel dalam kehidupan, tidak usah tegang. Inilah takdir irama kehidupan, solusinya nikmati tarian kehidupan dengan nyaman dan rileks.

Andai saja yang berulang itu adalah notasi-musik, maka hal itu adalah sebuah tuntutan. Hadirnya menjadi sebuah keindahan, kedatangannya menjadi inspirasi. Keharmoniannya menjadi sebuah kenikmatan. Solusinya, munculkan kreativitas diri untuk menjadi pribadi yang indah dan menarik.

Andai saja yang berulang itu adalah deburan ombak, maka yang akan terjadi adalah keindahan panoramik. Keberulangannya akan sangat dinantikan, ketiadaannya menjadi sebuah isyarata kesepian. Siapapun kita, akan terganggu keheningannya.

Tetapi, andai saja yang berulang itu adalah ajakan ketidakpatutan. Maka itu adalah kebiasaan, dan solusinya, jauhi itu, itu adalah peringatan Tuhan dalam menyelamatkanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun