Bagi orang Geografi, tidak akan asing dengan istilah peta (map). Tetapi, bagi orang Geografi, akan terasa aneh, jika kata peta digunakan dalam sebuah kalimat, tetapi kemudian tidak mampu memetakan masalah. Padalah maksud dari penghadiran peta adalah untuk memetakan, bukan untuk memaksakan.
Lho, apa bedanya?
Di sinilah, kita akan bertemu dengan ragam istilah yang bisa digunakan oleh masyarakat atau elit akademik. Pertama, ada buku panduan, misalnya manula books dari sebuah produk teknologi.Â
Dalam sebuah buku panduan, tidak ada improvisasi, dan tidak ada jalan alternatif. Langkah dan gerak yang harus dilakukan adalah sesuatu dengan pemikiran si pembuatnya, sebagaimana yang dituliskan dalam langkah-langkah yang dituliskan. Dengan mengikuti langkah itu, maka kemudian seseorang bahkan siapapun, dapat mewujudkan bentuk sebagaimana yang dipikirkan oleh si pembuatnya sendiri.Â
Itulah yang disebut buku panduan, atau buku manual atau manual book yang dikeluarkan perusahaan, terkait dengan produk yang sudah dibuatnya.
Dalam kerangka pikir Anderson dan Krathwohl pengetahuan serupa itu, masuk dalam kategori pengetahuan prosedural. Siapa yang menguasai prosedur atau langkah yang ditentukan, maka dia akan mampu membuat produk sebagaimana yang dipikirkan oleh si perancangnya.
Nah, bila demikian adanya, apa makna peta, dalam konteks pendidikan Indonesia ? Tanpa bermaksud untuk memberikan definisi peta, tetapi bila kita mengambil sebuah peta, sebut saja, peta Kota Bandung, maka akan tampak dalam lembaran peta itu jalan dan ragam lokasi.Â
Setiap orang, akan bisa melihat rangkaian jalan, yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya, dan bahkan ada pula jalan alternatif untuk mencapai satu tujuan tertentu. Setiap orang, sesuai dengan waktu, maksud dan  tujuannya, dapat menentukan pilihan jalan yang hendak dilaluinya, untuk sampai ke pusat Kota Bandung.
Setiap orang bisa leluasa, memilih jalan alternatif, untuk sampai pada satu tujuan. Tidak ada pemaksaan harus menggunakan jalan tertentu, kendaraan tertentu, atau malah tempat wisata tertentu. Dengan peta Kota Bandung, seseorang bisa memilih jalan-hidupnya masing-masing. Dengan peta ini, setiap orang bisa sadar, posisi dirinya saat ini, hendak ke mana, dan jalan alternatif yang hendak digunakan. Pilihannya, bergantung pada visi, misi atau maksud dan tujuan masing-masing.
Terkait hal ini, Peta Jalan yang disusun oleh Kemendikbud, apakah masuk dalam kategori buku manual pendidikan dalam 'mencetak anak bangsa Indonesia", atau membuat peta yang memetakan jalan pendidikan Indonesia?
Dengan pemaknaan yang sangat sederhana ini, akankah peta pendidikan itu menjadi buku manual membentuk manusia pekerja, atau memberikan peta-jalan untuk mengembangkan alternatif potensi, minat, dan bakat seseorang dalam mewujudkan kualitas dan kematangan dirinya?Â