Saya termasuk orang yang tidak yakin, bahwa kejadian ini, adalah berjalan apa adanya. Sesuai prosedur. Masih saja, ada pikiran, bahwa kejadian ini, adalah kejadian by design. Ada perancang dan ada targetnya. Kepenasaranan ini terus menggelayut dalam pikiran ini, sampai pada ada satu prasangka bahwa Pak Eka pasti mengetahui hal ini. Bahkan, karena alasan itu jugalah, saya memandang bahwa pemecahan masalah ini, ada di posisi Pak Eka itu sendiri.
Gagasan ini saya sampaikan kepada Sartika. Tampaknya, dia memahami inti permasalahnnya. "Kalau begitu, izinkan saya, untuk pergi ke rumah Eka..." ungkapnya, dihadapanku dan  Jaya.
"Saya pikir harus begitu.."
"Tapi, sampaikan salamku kepada Pak Aceng Cucu, biar dia mengizinkanku untuk pergi..?"
Karena merasa ingin membantu memecahkan masalah Sartika, Eko langsung menghubungi Pak Aceng Cucu yang diduga sudah berada di rumah. Komunikasi itu, dilangsungkan menjelang shalat maghrib. Intinya mohon izin, bahwa Sartika ditemani Jaya, bermaksud menghubungi Pak Eka di rumahnya.
Komunikasi itu tidak sulit. Dan Pak Aceng Cucu langsung bisa menyahutnya. Izin pun keluar, dengan saran supaya bis berkomunikasinya dengan baik. Menurut informasi, rumah Pak Eka tidak jauh dari sekolah kami. Maka, tidak ada kesulitan bagi kami untuk bisa bertamu terhadapnya.Â
Selepas shalat Isya, di malam minggu itu, Sartika dengan rekan kerja menuju rumah Pak Eka. Sengaja, membawa Pak  Jaya, orang yang kami anggap memiliki kemampun diplomasi yang baik dengan orang lain, terlebih lagi dengan orang yang tak dikenal.
Allah melancarkan perjalanan malam itu. Sartika dan Jaya, dapat dengan mudah menemukan rumah Pak Eka. Kebetulan, Pak Eka di malam itu, sedang melek. Karena dimalam itu, sekitar pukul 23.00 WIB, dia akan melanjutkan perjalanan menuju Pantai Pangandaran, untuk melaksanakan rapat kerja tahunan  sekolah itu.
"hemat kata, langsung saja, ya Pak.." Jaya membuka pembicaraan di rumah Pak Eka. "Bagaimana, pandangan bapak, mengenai kasus Pak Margono itu?"
Mendengar  pertanyaan itu, kemudian, Pak Eka berkisah. Dia mengaku bahwa dirinya tidak tahu menahu kasus Pak Margono. Kejadian Margono itu terjadi sebelum dirinya bertugas di sekolah itu. Bahkan, SK pun turun sebelum dirinya bertugas. Jadi, dirinya benar-benar tidak tahu mengenai kasus itu.