Mengenai aku yang hilang
Bebaskan
Kesepian kegembiraan
Yang bijinya tumbuh kekep
Di tubuhmu
Jelita lenyap rasa
Aduhai bila engkau
Bayangkan satu waktu
Mukaku kan cerah
Jalanku tegap kau silap
Baru di situ warna
Wicaramu putih
Tapi ini diri
Mau tak mesti nyondong pembeli
Titip saja parit yang kita
Tak perlu kau ubah
alurnya
tak mesti kau tidak
sadari sekali saat
kontrolku hadir dan
ketat
aku malaikat pengikat
tunduk dan sangat
walau kota kita bagi dua
parit pula miliku
sadari
lama
pasti
parit jelma sungai
lari ke laut nanti
jadi aku saksi berarti
pembelah antara ragu
dan dinanti
cuaca mendung sekali
tak mungkinkan
parit kita tata bedua
depanan engtkau
belakangan aku
hilangkan ragu
doaku deras terus
mengalir sahdu
biar parit kita laga
dengan penata seisi dunia
sadar engaku di sana
eling aku di sini
pelan air parit di mata
adalah kebahagiaan
merata
kunanti
walau asmara kita
telah tak tertuang dalam tenang
atau bahkan dalam sawang
cintaku telah tertuang
pada alur parit
tenanglah ekngkau
kembali kucari apa seisi
inginku
kau pun cari meta seada
kau maukan
tak pernah akan tikarku
kotor
kumohon engkau tebihkan
jolak murka sesal
akhir
aku sebab seseorang
engkau sebab seseorang
kita orang
sabab ada azan
pada karib barumu
ceritakan parit kita buat
dulu
dalam payah panas
manis belum terkunyah
dunia ajak lain
dalam menghidupi diri
bincangkan pula
hak mutlak parit aku
yang miliki
hak merumat kita tiga
usah engkau coba
alur parit engkau belokan
ke ke sawah berbatu pula
akan lain cerita
tak sanggup kucerita
gini saja
gantung bencimu
di pohon
randu
gendong segala ingatmu
ke aku dengan tenang waktu
ku kan doakan
dapatkan intan
cerah dalam ragam cuaca
jelita
ekspresi terhadap cuaca
enough didamba
bukan kita domba
bila warna
engkau anggap sikap
amanah
yang tak pernah lemah
baik kita ke mayapada
kembali
bila kau bersih
ku tak berdua basah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H