Mohon tunggu...
Momon Lentuk
Momon Lentuk Mohon Tunggu... -

Penulis artikel, pemerhati masalah pendidikan dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Mengenai Aku dan Engkau

5 April 2015   04:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:31 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenai aku yang hilang

Bebaskan

Kesepian kegembiraan

Yang bijinya tumbuh kekep

Di tubuhmu

Jelita lenyap rasa

Aduhai bila engkau

Bayangkan satu waktu

Mukaku kan cerah

Jalanku tegap kau silap

Baru di situ warna

Wicaramu putih

Tapi ini diri

Mau tak mesti nyondong pembeli

Titip saja parit yang kita

Buat jelita

Tak perlu kau ubah

alurnya

tak mesti kau tidak

sadari sekali saat

kontrolku hadir dan

ketat

aku malaikat pengikat

tunduk dan sangat

walau kota kita bagi dua

parit pula miliku

sadari

lama

pasti

parit jelma sungai

lari ke laut nanti

jadi aku saksi berarti

pembelah antara ragu

dan dinanti

cuaca mendung sekali

tak mungkinkan

parit kita tata bedua

depanan engtkau

belakangan aku

hilangkan ragu

doaku deras terus

mengalir sahdu

biar parit kita laga

dengan penata seisi dunia

sadar engaku di sana

eling aku di sini

pelan air parit di mata

adalah kebahagiaan

merata

kunanti

walau asmara kita

telah tak tertuang dalam tenang

atau bahkan dalam sawang

cintaku telah tertuang

pada alur parit

tenanglah ekngkau

kembali kucari apa seisi

inginku

kau pun cari meta seada

kau maukan

tak pernah akan tikarku

kotor

kumohon engkau tebihkan

jolak murka sesal

akhir

aku sebab seseorang

engkau sebab seseorang

kita orang

sabab ada azan

pada karib barumu

ceritakan parit kita buat

dulu

dalam payah panas

manis belum terkunyah

dunia ajak lain

dalam menghidupi diri

bincangkan pula

hak mutlak parit aku

yang miliki

hak merumat kita tiga

usah engkau coba

alur parit engkau belokan

ke ke sawah berbatu pula

akan lain cerita

tak sanggup kucerita

gini saja

gantung bencimu

di pohon

randu

gendong segala ingatmu

ke aku dengan tenang waktu

ku kan doakan

dapatkan intan

cerah dalam ragam cuaca

jelita

ekspresi terhadap cuaca

enough didamba

bukan kita domba

bila warna

engkau anggap sikap

amanah

yang tak pernah lemah

baik kita ke mayapada

kembali

bila kau bersih

ku tak berdua basah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun