Mohon tunggu...
Amril Nuryan
Amril Nuryan Mohon Tunggu... -

Gadget Freak yang suka motret dan ngedesain.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Content Premium dan Dilema Operator

4 Oktober 2011   14:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:20 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya "pencurian pulsa" melalui layanan-layanan jebakan melalui sms seperti janji-janji hadiah pulsa, hadiah mobil dan lain sebagainya membuat para konsumen layanan komunikasi geram. Kurangnya pengetahuan kebanyakan pengguna ponsel dimanfaatkan oleh pengusaha serakah yang tidak peduli dengan kondisi tersebut.

Ketika jaman dulu content premium masih menggunakan registrasi melalui SMS, pendaftaran tersebut dengan "sadar" dilakukan oleh user yang kebanyakan penasaraan dengan isi dari jualan priemium content ini, tapi hal tersebut tak berlangsung lama, orang mulai mengeluh dengan lenyapnya pulsa secara misterius, akhirnya layanan-layanan ini pelan-pelan hilang dan berganti baju dengan cara lain, intinya adalah bagaimana menyedot pulsa sebanyak-banyaknya dari user yang dianggap "bego" oleh content provider.

Dari hasil analisa kecil-kecilan, saya menarik sebuah kesimpulan bahwa Operator Telekomunikasi sebenarnya punya keterlibatan dalam aksi-aksi "pencurian pulsa" ini, berikut penjelasannya :

Dalam 5 tahun terakhir, trend komunikasi telah bergeser dari jalur voice/text ke jalur DATA peralatan komunikasi yang banyak beredar saat ini masuk dalam kategori smartphone seperti Blackberry, Android, dan Iphone yang notabene punya fungsi lebih kepada mobile office dibanding untuk telepon dan SMS.  Dengan membanjirnya peralatan smartphone seperti ini, operator akhirnya jor-joran menjual paket data dengan harga murah, Paket Blackberry yang dulu dijual seharga 180.000/bulan dengan pangsa pasar para pebisnis, kini dengan 20.000/bulan pun user sudah bisa menikmati bbm dengan kolega-koleganya. Operator melakukan investasi besar-besaran untuk infrastuktur data communication, tetapi harus menjual dengan harga yang "murah" demi menjaga kesetiaan konsumennya.

Nah disinilah letak dilemanya para operator. voice dan text (sms) yang dulu menjadi sumber pundi-pundi operator sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan, sms sudah di gantikan dengan BBM, Gtalk, dan Instant Messenger lainnya yang jauh lebih murah, lebih cepat dan lebih flexibel karena memungkinkan tukar menukar foto, file bahkan video. Voice perlahan tapi pasti akan tergeser oleh kehadiran teknologi VOIP melalui service seperti skypee, oovoo,TringMe, dan sebagainya.

User cukup membayar dengan harga sekitar 90rb-400rb/bulan dan dia sudah bisa mendapatkan semua layanan data yang cepat, saya ambil contoh, sebelum jalur data berkembang sepesat ini, pembayaran tagihan telepon saya tidak pernah kurang dari 500rb/bulan, tetapi sejak berlangganan paket data unlimited, pembayaran saya jarang diatas 200rb/bulan, jika ada 1 juta user saja seperti saya, maka "kerugian" operator akan mencapai 300milyar/bulan, sementara investasi infrasturktur pada jalur data telah dilakukan, dan itu harus segera dikembalikan dalam target waktu yang telah ditentukan.

Dilema inilah yang dimanfaatkan oleh Content Provider, dilakukan cara halus menjerat calon korban melalui sms yang seolah-olah penawaran itu datangnya dari operator, misalnya sms  "selamat nomor anda beruntung mendapatkan pulsa 50rb ketik *123*12* anda akan berkesempatan bla bla bla....." user yang terjebak tentu saja akan segera mengikuti perintah itu tanpa sadar telah melakukan registrasi pada content premium, selanjutnya setiap sms yang masuk dari nomer content provider pulsa akan terpotong 2000-3000/sms.

Siapa saja yang mendapat "jatah" dari biaya premium itu ? Operator akan mendapat 50% dari total pendapatan Content Provider, 50%nya lagi dibagi-bagi untuk royalti, pajak dan sebagainya... Hal ini saya tahu karena saya pernah mengurus sebuah content berupa RBT disalah satu Operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, dari Rp 8000  yang dipotong dari pulsa user untuk satu buah RBT, Operator mendapatkan Rp. 4000,-, kemudian Content Provider Rp. 3000, selanjutnya Penyanyi dan Pencipta lagu "hanya" mendapatkan bagian Rp. 500, bagi-bagi ini bisa dinegosiasikan, tergantung dari tingkat penggunaan RBT tersebut, tetapi tetap yang mendapatkan terbanyak adalah operator dan content provider, dengan alasan infrasturktur dan user adalah milik mereka.

Dari hitungan tersebut keliatan jelas siapa yang paling diuntungkan dari Content Premium kan ?

Gimana pendapat anda ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun