Saat ini tak banyak situs jurnalis warga yang bisa seeksis Kompasiana. Satu persatu mulai banyak yang tumbang. Kompasiana ada sejak tahun 2008. Menulis di Kompasiana, kita memiliki perasaan seperti halnya jurnalis. Tapi tanpa ribet harus punya kartu pers.
Menurutku situs Kompasiana bagus untuk pemula yang mau belajar menulis. Terserah mau menulis sesuai kaidah atau masih belajar EBI. Yang penting tidak berhenti belajar menulis.Â
Dibandingkan blog pribadi, kita tak perlu ribet untuk membangun minat pembaca. Soalnya Kompasiana sudah memiliki basis pembacanya tersendiri. Kita bisa bebas menulis dengan gaya apapun. Tanpa takut dihakimi. Buktinya ada banyak tema penulisan di Kompasiana. Â
Pertama kali menulis di Kompasiana, saat itu tak pernah terpikir untuk mencari cuan. Kompasiana masih sebatas Citizen Journalism biasa. Belum berkembang dengan lebih baik seperti sekarang. Meskipun sempat berhenti sejenak menulis di sini, tapi aku tetap memilih melanjutkan. Karena basically, aku senang menulis.Â
Bahkan aku berhasil meracuni adikku untuk ikut menulis di Kompasiana. Aku bangga padanya, meskipun sibuk bekerja dan jauh dari rumah, tapi tetap semangat menulis.
Kompasiana berhasil mengubah hidup kami berdua. Tadinya karena jauh dari orang tua, adikku mendadak home sick. Tapi sejak aktif menulis, dirinya menemukan semangat baru. Saat libur, diisi dengan kegiatan menulis yang bermanfaat.Â
Adik pun rajin jalan-jalan ke sana ke mari. Soalnya di kotanya saat ini, ternyata masih jarang ditulis oleh orang. Makanya belum banyak yang tahu bahwa kota tempatnya tinggal juga memiliki keindahan alam dan pariwisata menarik.
Tulisannya biarpun masih sedikit, tapi sudah dibaca ribuan orang. Melihat angka pembacanya, adik pun makin antusias menulis di Kompasiana. Hihii.. belum tahu aja dia menulis di Kompasiana membuat kita dikenal oleh orang banyak.
Sebenarnya menulis di Kompasiana juga bisa dapat cuan. Syaratnya mesti konsisten. Aku pernah beberapa kali dapat penawaran dan menang lomba di Kompasiana ini. Sebelum pandemi, beberapa kali juga mengikuti acara Kompasiana di Palembang. Dari event tersebut, dikasih banyak makanan dan jadi pemenang kuis berhadiah uang tunai.Â
Jadi aku pun gak bisa serta merta mengatakan menulis di Kompasiana gak dapat uang. Akan tetapi memang motivasinya bergabung bukan itu. By the way, kapan lagi tim Kompasiana ke Palembang? Â Ditunggu banget.Â
Jadi kembali ke pertanyaan awal, mengapa masih menulis di Kompasiana, meski tidak dapat uang? Ini kembali ke kepuasan hati. Sebagai penulis, tentu setelah menuangkan pikiran ada kepuasan tersendiri. Mungkin hal ini yang tak bisa dirasakan oleh orang lain yang bukan penulis.Â