Bagi penyandang disabilitas, penting sekali untuk mulai berjejaring. Manfaat berkomunitas sendiri telah saya rasakan. Umumnya penyandang disabilitas merasa malu untuk bertemu dengan orang banyak. Mereka malu karena memiliki kekurangan dan hambatan pada fisik dan psikis. Tetapi mau sampai kapan kita mesti terus-menerus mengurung diri?
Setiap manusia di dunia ini seyogyanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu pun manusia yang sempurna. Sebagai makhluk sosial, membangun hubungan pertemanan dengan orang lain menjadikan kita kaya. Soalnya dengan bersahabat, kita dapat saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Sering saya mendengar, tak cuma satu dua cerita, bahwa penyandang disabilitas di luar sana enggan untuk bersosialisasi. Bagi disabilitas fisik, seperti halnya saya juga, ini masih bisa dimaklumi. Ketiadaan orang yang bisa membantu kami untuk ke luar rumah mungkin menjadi alasannya.Â
Namun tak jarang, ceritanya berbeda. Penyandang disabilitas tersebut memilih untuk bermain games di kamar saja. Â Tak mau melakukan pekerjaan lain yang lebih produktif. Meskipun orang tuanya sudah memaksanya untuk keluar, Ia tetap tak mau. Menurutnya lebih baik dia di kamar saja bermain games, ketimbang menjadi produktif dan bersosialisasi. Kisah ini diceritakan oleh salah seorang sahabat saya sesama penyandang disabilitas.
Ketika ditanyai alasannya, dirinya ternyata merasa minder. Malu memiliki kekurangan. Memiliki pengalaman traumatik menjadi korban perundungan. Akhirnya menemukan kenyamanan lewat permainan games online. Tak salah memang bermain games. Tetapi bagaimapun manusia adalah makhluk sosial yang butuh ke luar rumah. Penyandang disabilitas yang di rumah saja tanpa melakukan hal yang produktif, rentan mengalami depresi.
Saya sendiri sehari-harinya berada di rumah. Bekerja dari rumah menjadi seorang penulis blog dan konten kreator. Akan tetapi pada hari-hari tertentu, saya memilih untuk berjalan-jalan ke luar. Berusaha mencari teman lewat berbagai komunitas anak muda di kota saya. Satu per satu saya masuki. Saya memilih komunitas yang sesuai dengan passion. Mencarinya lewat internet saja, soalnya banyak diantara komunitas tersebut juga aktif di sosial media.Â
Beruntung beberapa tahun ini saya bisa bertemu dengan komunitas sesama disabilitas. Bersama mereka saya merasa tidak sendiri. Terkadang mereka juga mengadakan berbagai acara sosial. Saya pun bertemu dengan sesama penyandang disabilitas lebih banyak lagi. Saya jadi tahu bahwa disabilitas itu banyak jenis dan ragamnya. Ada yang ringan, sedang dan berat. Kriteria tersebut diukur dari seberapa mandiri mereka berkegiatan sehari-hari.Â
Penyandang disabilitas butuh dukungan untuk dapat berkembang. Tidak hanya dari sesama, tetapi juga masyarakat sekitar. Untuk itu dibutuhkan kepekaan dari masyarakat. Jika menemukan penyandang disabilitas di lingkungannya, maka hendaknya diarahkan untuk aktif bersosialisasi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H