Namanya Angga. Lengkapnya Angga Tribuana Putra. Usianya baru 22 tahun. Dia adalah seorang penderita polio akut sejak kecil yang menyebabkan ia mengalami disabilitas ganda. Selain tuna daksa, Angga juga seorang tuna wicara. Sehari-hari Angga menggunakan kursi roda untuk dapat beraktivitas. Namun segala keterbatasan yang dialaminya, tak membuatnya berdiam diri. Angga mampu berprestasi di dunia teknologi yang saat ini banyak digandrungi, yaitu e-sports.
Siapa bilang games hanyalah permainan anak-anak? Seiring dengan perkembangan teknologi zaman now, games bukan lagi menjadi sekedar aktivitas di kala sengang. Bahkan games saat ini menjadi salah satu cabang olahraga baru dan resmi masuk dalam ajang Asian Games tahun lalu.
Berawal dari hobi bermain games Nintendo, Angga kecil merintis mimpi menjadi seorang gamers professional. Pada usia 4 tahun, dia pertama kali dikenalkan dengan dunia games oleh sepupunya sendiri yang akrab disapanya Mas Aris. Saat itu, Angga kecil gandrung dengan permainan games sepak bola ala Pro Evolution Soccer (PES) karena ia dulu bercita-cita menjadi seorang pesepak bola yang mampu membawa harum nama bangsa.
Pemuda yang mengidolakan Christiano Ronaldo dan Ibrahimovic ini merintis kariernya di dunia games. Angga tidak pernah mengenyam bangku sekolah karena keterbatasan ekonomi. Namun Angga tak kalah dari mereka yang sudah bersekolah tinggi.
Angga belajar membaca dan menulis secara otodidak, sama seperti ketika ia belajar Bahasa Inggris dan nge-games baik di konsol maupun PC.
Pada suatu acara, Angga berkenalan dengan seorang cewek India yang lalu membawanya ke dunia kompetisi E-Sports. Tak tanggung-tanggung, Angga langsung menjajal kemampuannya lewat kompetisi e-sports "Asian Games Vlota Tournament" di Mumbai, India tahun 2015. Hasilnya, ia mampu meraih juara kedua. Selama 4 hari Ia berkompetisi dengan sesama gamers yang datang dari seluruh dunia.
Bagaimana cara Angga bermain games? Ia hanya menggunakan dua jarinya; telunjuk dan jempol. Sehari-hari, ia berlatih selama tiga jam. Nge-games bagi seorang Angga bukan hanya sekedar main, tetapi juga belajar teknik dan triknya sekaligus. Itulah kunci kesuksesan bagi gamers professional.
Dibalik semua pujian atas prestasinya itu, Angga menyimpan sedikit kekecewaan pada dunia e-sports di Indonesia. Ia pernah ditolak masuk menjadi atlet e-sports hanya karena kedisabilitasannya. Ia dianggap kurang bisa bersaing dengan atlet non disabilitas.
Hingga saat ini, belum ada cabang olahraga e-sports dalam perlombaan olahraga yang mempertandingkan para penyandang disabilitas. Padahal, Angga sudah membuktikan sendiri bahwa ia mampu berprestasi di luar negeri lewat e-sports meski berstatus sebagai penyandang disabilitas.