Dulu ketika Molzania masih duduk di awal-awal masuk SD, paling ogah namanya diberi uang oleh uwak dan bibi ketika lebaran tiba. Maunya sih diberi hadiah berupa barang-barang lucu dan imut. Apalagi jika barang itu berwarna pink dan bergambar karakter kartun favorit. Namun karena segi kepraktisan, uwak dan bibi malah banyak yang memberi sangu berupa uang. Meski ada juga satu dua yang memberi barang, yang lalu dibungkus dengan kertas kado.
Makin besar Molzania pun berubah. Saat itu mulai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi menggunakan uang. Maka ketika itu Molzania tidak lagi tertarik dengan aneka buku diary atau tas barbie atau boneka yang imut dan lucu, melainkan dalam bentuk lembaran kertas berwarna-warni yang bisa digunakan untuk pertukaran barang dan jasa. Selain itu, uang dirasakan lebih bermanfaat daripada sudah dalam bentuk barang.
Alasannya selain untuk kebutuhan diri sendiri, orangtua Molzania juga mengajarkan untuk senantiasa berbagi saat bulan puasa. Bersedekah di bulan Ramadhan pahalanya lebih besar. Hal tersebut berulangkali ditekankan oleh orangtua. Mereka mengajak Molzania pergi berkeliling kota untuk membagi-bagikan roti untuk panti asuhan.
Roti-roti dibuat oleh mama yang diperoleh dari pesanan uwak Molzania sendiri. Amanahnya untuk dibagi-bagikan kepada panti asuhan. Kebetulan waktu itu mama memiliki bisnis roti rumahan. Seringkali Molzania turut menyisihkan sejumlah uang hasil tabungan sendiri untuk diberikan pada mama guna dibuatkan roti.Â
Setiap kali kami berkunjung, terasa bahagia di dada saat menyaksikan teman-teman Molzania tersenyum karena mendapatkan makanan. Padahal itu hanyalah sebuah roti isi coklat yang Molzania bisa makan setiap hari. Tetapi bagi mereka anak-anak panti boleh jadi makanan itu termasuk makanan mewah dimana mereka harus berbagi satu sama lain.
Banyak anak-anak kecil terpaksa menginap di panti asuhan. Entah karena orangtuanya tidak mampu atau mungkin telah tiada. Setiap hari, mereka bersekolah dan makan dengan lauk pauk seadanya. Belajar dari mereka semua mengajarkan Molzania bahwa kehidupan di luar sana tidaklah mudah. Itulah sebabnya kita disuruh untuk berbagi.
Dalam agama Islam, urusan ibadah tidak melulu bersifat privasi. Namun juga bersifat publik. Islam mengatur kedua-duanya dengan begitu sempurna. Contohnya ialah berbagi. Berbagi bukan hanya semata urusan kita dengan Allah SWT, melainkan juga pada sesama manusia yang membutuhkan. Bahkan kita juga diperintahkan untuk berbuat baik pada makhluk Allah SWT yang lain, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H