Sebenarnya Molzania paham sekali tugas seorang volunteer itu berat. Apalagi ini skala internasional seperti Asian Games. Katanya menjadi seorang volunteer itu membutuhkan mobilitas tinggi. Untuk itu kondisi fisik haruslah prima. Tapi sebagai seorang difabel, Molzania ingin ikut serta menyemarakkan Asian Games.
Fasilitas untuk difabel pun dengar-dengar sudah dibangun di kampung atlet Asian Games 2018 di Palembang. Jadi, kenapa mesti takut? Bermodal nekat, Molzania ikutan daftar rekrutmen volunteer Asian Games yang digelar pada Februari lalu.
Jika ada yang meremehkan, cukup senyumi saja orang tersebut. Katakan pada mereka keras-keras bukan tidak mudah sampai pada tahap administrasi. Pendaftar rekrutmen Asian Games kemarin mencapai puluhan ribu. Di Palembang yang dinyatakan lolos hanya tiga ribuan pelamar. Salah seorang difabel mobilitas seperti Molzania merupakan satu diantara mereka yang tiga ribu sekian tersebut.
Dari segi kemampuan otak, Molzania yakin tidak kalah dari yang lain. Meskipun kesulitan untuk berjalan, Molzania seorang pribadi yang optimis dengan sikap percaya diri yang tinggi. Pada waktu tes FGD, Molzana mencoba berkenalan dalam 3 bahasa; Inggris, Jepang dan Korea. Yah, biarpun untuk bahasa Jepang dan Korea masih malu-malu dan hanya bisa ngomong kalimat sapaan. Hehe.
Bagaimanapun disabilitas seharusnya bukanlah hambatan bagi seseorang untuk menjadi apapun. Negara sudah berjanji akan melindungi dan memfasilitasi sesuai amanat UU Disabilitas.
Lantas bagaimana hasilnya? Lagi-lagi Molzania hanya bisa pasrah. Kalaupun nanti tidak lolos tahap selanjutnya, Molzania juga bisa apa. Hal yang terpenting ialah Molzania berusaha untuk memberikan yang terbaik. Dengan keberanian untuk ikut serta rekrutmen saja, itu sudah memberikan kepuasan tersendiri.
Semoga ini menjadi inspirasi bagi difabel lain diluar sana agar jangan pernah menyerah dengan keterbatasan. Bila ada kesempatan, segera rebut karena belum tentu ia datang dua kali. Hwaiting! Ganbatte! #KompalSambutAsianGames2018