Ia mencoba mengamati sekitar abat/maman itu. Ia melayangkan pandangan sekitar penjuru abat/maman itu, ternyata ia melihat tujuh ekor burung kakatua putih dengan jambul warna-warni. Akan tetapi ia belum puas menatap keindahan burung-burung itu, seketika saja semuanya menghilang.
Suri ikun bertambah heran bercampur bingung. Tetapi bersamaan dengan menghilangnya burung-burung itu terdengar tawa riah cekikan sejumlah gadis.
Suri Ikun bergegas menuju tempat dimana suara ceplokan air dan tawa riah para gadis itu. Setibanya di sebuah pohon beringin, Suri Ikun melayangkan mata ke arah kolam di tengah maman/abat (Hutan pinang) itu, ternyata ia melihat tujuh orang gadis cantik yang tengah mandi di kolam itu.
Suri Ikun mengusap matanya, lalu bertanya dalam hatinya apa saya mimpi? Lalu ia melihat lagi ternyata ke tujuh putri itu masih mandi. Hatinya berdebar-debar dan saking senangnya ia kalau diantara ke tujuh putri itu menjadi saudari atau pun menjadi istri. Mata Suri Ikun serasa tidak berkedip.
Lalu ia memalingkan tubuhnya untuk melihat sekeliling itu. Jangan-jangan ke tujuh ekor burung kakatua itu telah berubah wujud menjadi tujuh orang gadis cantik.
Ternyata di samping pohon beringin itu, terdapat tujuh pasang sayap indah dan diatur rapi maka sadarlah ia bahwa ke tujuh gadis itu adalah putri-putri khayangan yang sedang beranjangsana ke bumi. Lalu Suri Ikun mengambil sepasang sayap yang terletak pada deretan terakhir, bergegas pulang ke rumah.
Sayap itu dikuburkan dibawah tungku dirumahnya. Menjelang petang Suri Ikun kembali ke tepi kolam di maman. Disana ia menyaksikan ke tujuh gadis khayangan itu sedang bersiap-siap untuk kembali. Akan tetapi pada waktu sayap-sayap mereka akan dipasang, salah seorang gadis khayangan itu kehilangan sayapnya. Ia lalu mencari kesana kemari sambil menangis. Saudara-saudaranya yang lain juga ikut mencari disana sini tetapi tetap sia-sia.
Akhirnya, karena hari hampir malam, ke enam gadis khayangan yang sudah bersayap itu dengan sedih hati meninggalkan saudaranya yang kehilangan sayapnya itu.
Pada saat itu, muncullah Suri Ikun. Ia mendekati gadis itu, memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah Suri Ikun dan gadis itu pun memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah Bui Ikun. Lalu, Suri Ikun menawarkan jasa kepada gadis itu, katanya; “Kalau kamu mau ikutlah aku ke rumahku untuk sementara mencari sayapmu”.
Gadis itu dengan besar hati menerima ajakan Suri Ikun ke rumahnya karena hari sudah malam. Beberapa waktu berselang, Suri Ikun dan Bui Ikun diikat dalam suatu upacara perkawinan menurut adat orang timor khususnya di wilayah Timor Malaka.