Mohon tunggu...
Mollie Ivory
Mollie Ivory Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah

18 Oktober 2017   07:14 Diperbarui: 18 Oktober 2017   07:22 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah adalah tempat belajar. Begitulah yang dikatakan orang-orang ketika ditanya oleh siapapun. Beberapa anak tidak suka belajar. Beberapa anak lagi suka belajar. Benarkah sekolah tempat belajar? Banyak anak yang awalnya suka pergi ke sekolah berakhir tidak mau ke sekolah. Wow.. Sebenarnya sekolah itu apa?

Sekolah adalah ketika pelajar harus bangun pagi, pergi ke suatu tempat yang akan ada banyak orang menghakimi dan membicarakanmu dari belakang. Sekolah adalah tempat informasi tidak bermutu akan dipaksakan untuk ditelan mentah-mentah. Sekolah menilik pelajar dari cara mereka menghafal informasi yang mereka berikan padamu. Sekolah adalah hal lain yang akan membuat anda stress.

Belajar adalah pergi ke tempat yang belum pernah kau kunjungi. Belajar adalah membuat kesalahan dan berubah karenanya. Belajar adalah menemukan hal baru yang belum pernah anda ketahui sebelumnya. Belajar adalah mendapatkan ilmu untuk mengerti dunia di sekitarmu.

Sungguh ironis melihat perbedaan diantara keduanya. Apakah benar yang orang-orang katakan kepada kami? Kami hanya bisa menunggu perkataan tersebut menjadi nyata -sekolah adalah tempat belajar.

Pergi ke sekolah adalah pelampiasan kemarahan. Pelampiasan bagi "pelajar", karena dipaksa ke sekolah oleh orangtua mereka. Mereka menggertak pelajar yang sungguh ingin belajar, atau yang kita kenal dengan bullying. Pelampiasan bagi "guru" karena tertekan oleh sekolah, kurikulum dan kehidupannya.

Pergi ke sekolah adalah mencari nilai. Nilai pelajar harus mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Pelajar akan kehilangan jati diri mereka. Merasa bahwa mereka bodoh, seperti yang dikatakan guru-guru kepada mereka.

Pergi ke sekolah adalah bersaing nilai. Dalam persaingan yang sia-sia, persahabatan mereka korbankan. Mereka saling menjatuhkan.

Pergi ke sekolah adalah mencuri hasil kerja keras orang lain. Menyontek PR dan ulangan karena tidak mengerti, sudah tidak ada niat untuk belajar, meminta bocoran soal ulangan. Beberapa guru keberatan untuk menjelaskan kembali pelajarannya dan menyalahkan siswa.

Siapa yang salah? Entahlah. Semua ini hanya berdasarkan perspektif. Beberapa orang pencipta kurikulum, beberapa guru dan orangtua merasa kurikulum sudah tepat, bisa meningkatkan motivasi bersaing. Beberapa guru merasa bahwa pelajar tidak tahu untung dan benar bagi mereka untuk membentak pelajar kemudian beralasan bahwa mereka hanya stress. Disisi lain, beberapa guru dan orangtua tidak setuju, mengerti rasanya menjadi pelajar, namun beberapa pelajar tetap menyalahkan semua guru. Beberapa pelajar merasa bahwa memang sudah seharusnya sekolah seperti ini. Beberapa pelajar merasa bahwa pergi ke sekolah hanya sia-sia.

Pikirkanlah mental pelajar, bukan nilai ulangan. Pelajar bukan robot, tapi penopang masa depan bangsa. Bukan sebuah mesin fotokopi, tapi seorang pencipta. Bukan seekor peliharaan, pelajar mempunyai kehendak bebas.

Beginilah menurut mendapat saya, saya juga tidak mengeneralisasikan setiap orang, saya menggunakan kata "beberapa" pada setiap subjek. Lalu, janganlah berkecil hati. Kita semua masih bisa berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun