Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di dunia dalam hal rendahnya peran ayah dalam keterlibatan pengasuhan anak.
Ayah yang dianggap sebagai figure dalam memberikan perlindungan, dukungan dan bimbingan kepada anak pada kenyataannya semakin terkikis. Menyerahkan tugas pengasuhan kepada sang ibu sementara ayah merasa sudah bekerja keras mencari nafkah sehingga terbebas dari urusan anak-anak.
Seorang ayah harus menjadi sosok yang dirindukan betapapun kesibukannya sehingga jarang bertemu dengan anak. Disinilah pentingnya menjaga kualitas pertemuan bukan sekedar  kuantitas karena yang dibutuhkan anak bukan hanya ayah yang baik tapi juga asyik.
Meskipun ayah berkewajiban  memberikan  nafkah namun juga bekerja sama dengan ibu untuk terlibat dalam pengasuhan anak sehingga tidak terjadi hutang pengasuhan. Kedekatan emosional juga harus terus dibangun karena bagi anak orang tua adalah tempat belajar tentang kasih sayang dan percaya diri . Walau tak bisa dihindari seorang ayah umumnya  sangat sulit membagi waktu bersama anak.
Maka dari itu sangatlah tepat ibu adalah madrasah pertama seorang anak dan ayah adalah kepala sekolahnya yang bertugas membuat visi misi dan berusaha agar sekolah nyaman. Bukan hanya baik tapi juga asyik menjadi teman bermain anak.
Hari Ayah yang diperingati setiap tanggal 12 November hendaknya menjadi refleksi tersendiri bagi para ayah di Indonesia.
Tidak ada ayah yang sempurna tetapi bukan alasan tidak bisa menyempurnakan kewajiban sebagai orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H