Di pojok lampu merah itu, di jalanan itu, di penyebrangan itu. Aku melihat beberapa orang sedang mengamen dengan berbagai ekspresi; ceria, melas, terpaksa, dan tuntutan karena sebuah kewajiban demi hidup yang terus berputar. Ada juga seseorang yang meminta atau berteduh, mengharapkan sesuatu keluar dari tempat persembunyian barang berharga atau penyimpanan mata uang semata (dompet, kantong baju atau celana, dan tas). Lampu merah.
Selain itu ada juga yang berteduh dibawah payung atau pohon atau bahkan tiang lampu merah itu sendiri yang tidak dapat menampung kesejukan untuk dirinya dari sinar matahari. Seketika itu aku terinspirasi untuk menuliskan hal ini, banyak yang terjadi dalam moment lampu yang sebenarnya bernama lampu lalu lintas ini.
Di tiang berlampu tiga warna ini, semua orang menunggu untuk jalan dan melanjutkan perjalanannya. Namun ada juga yang memanfaatkan moment ini untuk sekedar membalas pesan singkat (SMS), atau memakai helm, hingga menyapa teman disamping motornya atau yang dibelakangnya.
Dari lampu merah ini juga, ada yang menyempatkan untuk berhenti dan memberikan secercah kebahagiaan dari dirinya untuk para ‘pengharap’ di lampu merah. Mereka umumnya berwajah ceria dan berhati putih, ada yang memberikan nasi kotak, nasi bungkus bahkan paket komplit minum beserta makannya dari resto ternama. Manusia memang bervariasi sobat!
Sekelebat kita alihkan fokus kita, ke penyerobotan di lampu merah. Ada beberapa hal penting yang harus kita pahami dalam peristiwa itu. Mereka yang menyerobot bisa saja sedang terburu-buru mengejar suatu hal yang amat penting. Ada yang memang, ketika lampu kuning ingin naik ke lampu merah beberapa detik saja. Pengendara dengan gas pool, menariknya dan membalap moment lampu kuning itu hingga berhasil melewati garis lampu merah dan menjauh dari kebisingan yang akan terjadi di lampu merah. Karena pengendara lain dari arah yang berbeda mengklaksoni kita dengan mimik kesal dan bersumpah serapah.
Anyway, dari lampu merah ini aku belajar tentang makna hidup, yakni memberi dan menerima. Saling take and give, siapa yang memberi pasti ada yang menerima. Dan yang memberi itu akan menerima juga, lewat orang (perantara) yang berbeda. Itu lah konsep sedekah. Siapa yang memberi atas niatnya pada Tuhan, maka Tuhan akan memberi sesuatu yang lebih kepada dirinya.
Mudah saja, hitungan Tuhan itu tidak akan masuk hitungan manusia. Wong, kita ngasih 2 rupiah ke si Tebe maka kita akan menerima 10 rupiah atau 20 atau 30. Tergantung keinginan Tuhan saja, yang pasti Tuhan akan menggantinya dengan hal baik dan lebih.
Hikmah lainnya, bersabarlah menunggu untuk mendapat giliran melanjutkan kehidupan selanjutnya yang tentu bahagia atau kurang bahagia. Kesempatan itu pasti akan datang, tinggal kitanya saja yang mau berusaha mengisi moment sebelum kesempatan itu datang. Terlambatlah orang yang mempersiapkan diri, ketika kesempatan datang. Banyak cara yang bisa kita pilih untuk mengisi moment itu, dan Tuhan tinggal menyetujui (meridhoi) nya saja.
Moment lampu merah memang menarik. Dari lampu merah juga sebuah perusahaan Koran tercipta, hingga berubah ke lampu hijau. ngomong-ngomong apa ya inspirasi mereka? Haha. Aneh juga, tapi ya seperti itulah suatu perusahaan menamai produknya agar mudah dikenal.
Dari lampu merah pun orang-orang menamai sebuah tempat untuk pemberhentian. Biasanya penumpang angkutan umum dan angkutan kota yang sering memakai nama ini. Dengan embel-embel bangunan di sekitarnya, misal “Bang ke lampu merah Carrefour” kata Udin calon penumpang “Iya saya anter” jawab Abang supir. Jadilah Udin sebagai penumpang.
Betewe, lampu merah itu siapa yang menciptakan yaa? Menurut Wikipedia bebas Penemu lampu merah, kuning, hijau ini adalah Lester Farnsworth Wire. Awal penemuannya diawali ketika suatu hari di jaman dahulu, ia melihat tabrakan antara mobil dan kereta kuda. Lantas Lester berpikir bagaimana cara menemukan suatu pengatur lalu lintas yang lebih aman dan efektif.
Sebenarnya ketika itu telah ada sistem pengaturan lalu lintas dengan sinyal stop dan go. Sinyal lampu ini pernah digunakan di London pada tahun 1863. Namun, pada penggunaannya sinyal lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi.
Morgan juga merasa sinyal stop dan go memiliki kelemahan, yaitu tidak adanya interval waktu bagi pengguna jalan sehingga masih banyak terjadi kecelakaan. Penemuan Morgan ini memiliki kontribusi yang cukup besar bagi pengaturan lalu lintas, lalu ia menciptakan lampu lalu lintas berbentuk huruf T. Lampu ini terdiri dari tiga lampu, yaitu sinyal stop (ditandai dengan lampu merah), go (lampu hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu kuning inilah yang memberikan interval waktu untuk mulai berjalan atau mulai berhenti. Lampu kuning juga yang berjasa memberi kesempatan untuk berhenti dan berjalan secara perlahan. (Wikipedia-bebas). Begitulah kisah kepahlawanan lampu merah tercipta. Ha ha ha!
Tapi kawan, kadang kasihan juga jika lampu merah itu berjiwa dan hidup. Ia akan marah, kesal, cerewet, dan memelototi setiap pengendara dan penyebrang yang melewatinya. Karena ia khawatir dan curiga bahwa mereka semua akan melanggar peraturan yang telah dibuatnya sejak 1863. Padahal ia diciptakan untuk mengatur lalu lintas, supaya tertib dan aman bagi pengendara.
Jika tengah malam dari jam 22.00 s/d 05.00, ia kesal sendiri. Karena merasa dirinya tidak dihargai dan dikhianati sebagai lampu merah. Ia begitu gagah berdiri dengan warna kuning serta perak dan raja dari semua lalu lintas yang dapat berubah dan menyala dengan bantuan sang kawan, ‘listrik’. ‘Saya mampu memberhentikan kalian semua pengendara, itu pun kalau kalian tidak membangkang pada ku’. Haha cukup aneh sekali ya lampu merah itu.
Moment tengah malam dan fajar itu menjadi saat-saat ternodai sang lampu merah. Pengendara seenaknya saja, melewatinya tanpa permisi dan ngomong secara langsung. “Permisi pak lampu merah saya mau melewati anda, tolong izinkan saya” kata pengendara “Baiklah saudara yang baik, silahka berjalan dengan semestinya dan berhati-hatilah jangan lupa keluargamu menunggu di rumah” jawab Sang Lampu tiga warna ini.
Yah, jika saja itu terjadi pastilah di dunia mimpi. Mau di apakan seperti apa lagi, lampu merah memang raja yang fleksibel di tengah hari ia sibuk mengatur pengedara dari berbagai arah. Jika malam ia terlelap tidur, dan membiarkan pengendara tidak mengganggu lelap tidurnya.
Semoga kita termasuk pengguna lampu merah baik dan dapat menggunakan moment ini semaksimal mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H