Aku sudah mengetuknya sejak dini hari tadi, dan kemarin, dan kemarinnya lagi, tapi sedikitpun aku tak mendengar tanda bahwa kau merasakan ketukan itu. Atau mungkin harus ku gunakan hati? tapi hati tak bisa mengetuk, ia hanya bisa berharap, mengharapkan ketukan lembut ini mampu membangunkan tidurmu, mampu memutus mimpi burukmu, mampu membuat bunga-bunga di taman kembali tersenyum memandang rona merah jambu di pipimu yang ranum ketika berkata bahagia.
Pintu kayu jati masih tegak berdiri, kokohnya seperti seekor macan yang siap menelan segala kebodohanku. Kuatnya seperti dentingan halilintar yang siap mengusirku. Lembutnya seperti hembusan sepoi angin siang hari yang siap merubuhkan hati, mata dan pikiranku. Bahkan..... indahmu masih membuatku takut untuk kembali mengetuk....bahkan hanya untuk sekedar menyentuhmu.
Pintu kayu jati masih anggun dan rapat terkunci. Melindungi secuil hati yang suci..... entah hati siapa
entah untuk siapa.....
entah mengapa.....
biarlah..... sementara bunga-bunga wangi berduri menemaniku
menunggu Pintu kayu jati terkuak
meski aku masih ragu
engkaukah di dalam sana?
--------
: moko