Tak hanya itu, Al-fattan juga tak buta. Tak sekedar ibadah naif, ponpes ini memiliki agenda pengkajian al-quran dan agama. “Waria itu tersebar di seluruh dunia, bagaimana sebetulnya posisi waria di dalam agama islam itu, bagaimana kita akan membuat fiqhnya agama, fiqhnya waria, hukumnya peribadatan waria, tidak ada orang yang memikirakan itu, dan kita merintis untuk membuat itu,” sapanya dengan lembut.
Beriringan dengan sapaan, Sinta mengutip Al-Quran, Surah An-Nur Ayat 31:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan Katakanlah kepada wanita beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki mereka, atau putera saudara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan –pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (an nur ayat 31).
Perhatikan, bunyi kalimat: Pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita). Dari penggalan ayat tersebut, Sinta percaya bahwasanya Islam mengakui keberadaan para waria-transegender.
***
Saya pamit, saya tak lagi takut. Bukan lantaran bukti-bukti ayat yang mengakui transgender, pengkajian fiqh, agama, al-quran, dan lainnya. Hanya saja, duduk di ruangan itu. Seperti masuk dan terbawa pada tangisan-harapan-doa-ketenangan para waria yang berkumpul sejak 2006 lalu.
Ah... saya jadi mengerti, ketika sekumpulan manusia-manusia sinting lulusan S2 menyanyikannya:
Cita-citaku ingin menjadi tomboy. Mana mungkin aku Hanya lelaki.
Oh tuhan tolong hambamu. Aku tak sudi jadi lelaki tomboy.
Cita-citaku ingin jadi lesbian. Mana mungkin aku Hanya lelaki.
Oh Ibu jangan paksa aku. Aku tak sudi menjadi Homoseks.
(The Panas Dalam - Cita Citaku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H