Mohon tunggu...
mokammat taupiq
mokammat taupiq Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Universitas Dr. Soetomo Fakultas Teknik Jurusan Informatika

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu 2014 Rasa Golput

7 April 2014   23:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta demokrai pemilu(pemilihan umum) sudah di depan mata tinggal menghitung hari masa pencoblosan akan segera dimulai, diawali dengan pemilu caleg(calon legislatif) 9 April 2014 yang kemudian akan dilanjutkan dengan pilpres(pemilihan presiden) pada tanggal 9 Juli 2014. Namun yang menjadi PR(pekerjaan rumah) bagi KPU(komisi pemilihan umum) adalah bagaimana cara mengurangi angka golput dari tahun ke tahun,?

Mengingat di Indonesia khususnya pasca reformasi dari tahun ke tahun prosentase angka golput yang seharusnya menurun namun ternyata semakin meningkat, bahkan menembus angka 70 persen. Bermacam-macam alasan dan faktornya, mulai dari rakyat yang semakin cerdas dalam memilih dan menentukan siapa yang layak jadi pemimpinnya kelak, bahkan sampai yang tidak percaya lagi terhadap pemerintah yang hanya bisa mengobral janji-janji manis pada awal masa kampanyenya, ditambah lagi dengan beberapa pimpinan lembaga, instansi, politikus, pengemuka agama dan masih banyak lainnya yang terjerat kasus korupsi.

Di tahun 2014 ini hampir separuh suara dominan dipegang oleh kalangan remaja muda-mudi yang baru kali pertama bisa mengikuti pemilu, karena itu pihak KPU gencar melakukan sosialisasi akan pentingnya untuk tidak golput(golongan putih) pada kampus-kampus PTS(perguruan tinggi swasta) maupun PTN(perguruan tinggi negeri). Jika semisal kita golput maka siapakah yang paling merasakan imbasnya, rakyat atau negara,?


Siapapun itu yang merasakan imbas dari satu suara yang golput tetaplah kita yang merasakannya baik secara langsung maupun tidak, disini kita benar-benar diuji dalam menentukan sutau pilihan, mulai dari mengedepankan egosentris atau hak asasi, bahkan ketakutan yang teramat sangat terhadap fatwa MUI(majelis ulama indonesia) golput = haram(bagi yang muslim), atau kembalinya rasa kepercayaan kita terhadap pemerintah, dan lain-lain saling berebut untuk menentukan suara hati anda pada nantinya.

Karena bagaimanapun satu suara anda sangatlah berarti untuk menentukan nasib negara kita kedepannya akan dipimpin oleh pemimpin yang bagaimana dan seperti apa andalah yang menentukan, walau hanya lima menit waktu dalam mencoblos di TPS(tempat pemungutan suara) namun itu sangat menentukan nasib bangsa indonesia lima tahun mendatang. be smart voters,!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun