sumber gambar: hulldailymail.co.uk
Di dunia bulutangkis, Inggris dikenal sebagai penyelenggara All England dan salah satu kekuatan bulutangkis Eropa. Sebagai salah satu kekuatan bulutangkis Eropa, nomor andalan Inggris adalah ganda putri dan ganda campuran. Dibandingkan nomor-nomor lain, dua nomor tersebut aktif memberikan Inggris prestasi, khususnya di era 1980an hingga sekarang.
Dari sejumlah pebulutangkis ganda putri dan ganda campuran yang dimiliki Inggris, salah satunya adalah Gillian Clark. Gillian Clark lahir pada tanggal 2 September 1961. Di era 1980an hingga 1990an awal, ia bermain di nomor ganda putri dan ganda campuran. Di nomor ganda putri, sejumlah torehan prestasinya antara lain: 3 kali juara Japan Open {1983 (berpasangan dengan Gillian Gilks), 1989 (Julie Munday), 1991 (Gillian Gowers)}, 2 kali juara Singapore Open {1990, 1992 (Gillian Gowers)}, 1 kali juara Malaysia Open {1985 (Gillian Gowers)}, 1 kali juara Indonesia Open {1982 (Gillian Gilks)}, 1 kali juara Swiss Open {1993 (Joanne Wright)}, 1 kali juara Denmark Open {1986 (Gillian Gowers)}, dan 3 kali juara ganda putri kejuaraan bulutangkis Eropa {1982 (Gillian Gilks), 1984 (Karen Chapman), 1986 (Gillian Gowers)}.
Di nomor ganda campuran, torehan prestasi Gillian Clark antara lain : 1 kali juara Indonesia Open {1986 (berpasangan dengan Steen Fladberg), 1 kali juara ganda campuran Thailand Open {1988 (Steen Fladberg)}, dan 1 kali juara ganda campuran kejuaraan bulutangkis Eropa {1988 (Steen Fladberg)}.
Torehan prestasi lainnya adalah finalis ganda putri All England {1990 (berpasangan dengan Gillian Gowers)} dan dua kali finalis ganda campuran All England {1985 (Thomas Kihlstrom), 1994 (Chris Hunt)}.
Gillian Clark pensiun dari bulutangkis pada tahun 1994, dan saat ini tercatat sebagai komentator resmi BWF (Badminton World Federation). Komentar-komentarnya dapat disimak melalui stasiun TV Fox Sports ataupun saluran resmi BWF di YouTube.
Sebagai komentator, Gillian Clark bertugas melaporkan jalannya pertandingan bulutangkis kepada pemirsa. Melalui laporan itu, pemirsa mendapatkan pandangan-pandangan mengenai jalannya pertandingan bulutangkis. Selain tentu pandangan-pandangan yang berasal dari pemirsa bulutangkis sendiri. Kemudian, apa yang menarik dari laporan atau komentar-komentar Gillian Clark? Beberapa hal menarik yang bisa ditarik dari laporan atau komentar-komentar Gillian Clark adalah, pertama, apresiasi tidak langsung (non-directional appreciation) terhadap berbagai peristiwa menarik yang terjadi selama pertandingan bulutangkis berjalan. Peristiwa-peristiwa menarik yang umum terjadi di sebuah pertandingan bulutangkis adalah reli panjang, serangan, bertahan dari serangan, usaha-usaha mengembalikan suttlechock, dan pengarahan suttlechock.
Apresiasi tidak langsung Gillian Clark keluar melalui kalimat-kalimat seperti : “good rally”, “oh my goodness”, “magnificent”, “what a rally”, “sensational”, “sensational rally”, “i don’t believe it”, “unbeliveble”, “badminton at its very-very best, “incredible badminton” dan masih banyak lagi kalimat-kalimat apresiasi lainnya yang ia hasilkan. Bagi pemirsa atau pecinta bulutangkis yang tertarik mempelajari bahasa Inggris, atau yang sedang mempelajari bahasa Inggris, maupun yang menyukai British English, menyimak komentar-komentar Gillian Clark dapat memberikan kesan tersendiri.
Hal menarik kedua adalah kaitan antara Gillian Clark dengan Indonesia. Semasa aktif, Gillian Clark bertanding menghadapi pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia. Sebagai komentator, ia melaporkan pertandingan-pertandingan yang dijalani pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia. Dari sejumlah pertandingan yang ia laporkan, salah satunya adalah turnamen 2013 BWF World Championship. Di turnamen tersebut, Indonesia meraih dua gelar juara, yaitu ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan ganda campuran Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad.
Di final turnamen tersebut, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan {unggulan keenam} mengalahkan Mathias Boe/Carsten Mogensen {unggulan ketiga} 21-13, 23-21. Di set kedua pertandingan tersebut, ganda putra Indonesia sempat tertinggal 18-20. Tetapi berhasil menyamakan kedudukan dan memenangkan pertandingan dengan 23-21. Tertinggal 18-20 dan kemudian mengejar hingga menutup pertandingan dengan 23-21 merupakan performa terbaik Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di pertandingan tersebut.
Di final ganda campuran, Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad {unggulan ketiga} mengalahkan ganda campuran Cina, Xu Chen/Ma Jin {Unggulan pertama} 21-13, 16-21, 22-20. Di set ketiga pertandingan tersebut, ganda campuran Indonesia sempat tertinggal 18-20. Tetapi berhasil menyamakan kedudukan dan memenangkan pertandingan dengan 22-20. Sama halnya dengan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, performa terbaik Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad di pertandingan tersebut adalah pada saat tertinggal 18-20 dan kemudian mengejar hingga menutup pertandingan dengan 22-20 di set ketiga.