"Semuanya berawal dari ritma"
Berawal dari saya memukul-pukul mangkok dan piring di suatu restoran saat saya berusia 5 tahun, hal tersebut menjadi kebiasaan saya saat berkunjung ke setiap restoran. Saya selalu meminta orang tua saya untuk meminta sepasang sumpit dari pelayan yang bekerja di restoran karena saya merasakan perasaan yang unik saat memukul benda -benda saya dengan perasaan pola yang sesuai agar terasa "enak". Perasaan itu akan selalu saya ingat dan hal tersebut membuat Orang tua saya menyadari bahwa saya memukulnya dengan suatu pola pukulan yang dapat terukur dan stabil.Â
Mereka membawa saya ke psikiater anak dan  melihat bahwa saya memiliki imajinasi pola suara yang sangat baik dan begitu terstruktur, saya adalah anak yang unik. Mereka menyadaribahwa saya anak yang berpotensi musik bagian perkusi (khususnya drum).Â
 10 Tahun kemudian, dengan ijasah lulusnya sekolah musik purwacaraka, puluhan sertifikat lomba dan festival, saya mempelajari bahwa di setiap suara, pasti ada ritma yang tersisip di dalamnya. Setiap melodi dalam jutaan lagu di dunia ini, dari ratusan genre, pasti selalu ada ritma.
Melodi dan ritma adalah satu kesatuan yang melengkapi untuk menciptakan keindahan suara yang bisa disebut sebagai Musik. Saya selalu bertekad bahwa saya akn menjadi "drummer" yang handal dan menguasai ritma dari segala lagu yang saya iringi. Saya selalu tertarik dalam menjaga ritme berupa ketukan agar keseimbangan ritma dan melodi tetap terarah untuk menciptakankumpulan suara yang indah berupa lagu. Setiap saya bermain drum, saya merasa aman dan nyaman serta bebas berkreasi dalam hidupku.Â
Dalam kehidupan, pasti setiap seseorang mempunyai pola kehidupan masing-masing yang menjadi suatu rutinitas tersendiri. Rasakanlah pola dan nikmatilah bagaimana hidupmu berada di atas dan dibawah, seperti indahnya lagu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H