Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. DBD masih menjadi salah satu isu kesehatan masyarakat di Indonesia. Dan tingkat penyebarannya di Indonesia termasuk yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara Penyebab.
   DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Ketika nyamuk menggigit tubuh manusia, nyamuk memasukkan virus ke dalam tubuh manusia. Nyamuk Aedes Aegypti umumnya aktif pada pagi hingga sore hari. Mereka lebih sering ditemukan di dalam rumah yang gelap dan sejuk daripada rumah yang panas.Â
   Gejala dari DBD adalah demam mendadak yang tinggi, hingga mencapai 39 derajat celcius. Demam ini bisa berlangsung selama 2-7 hari. Kemudian turun dengan cepat. Gejala lain seperti nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri otot, tulang, sulit menelan makanan, timbul bintik merah, muntah darah. Pada fase kritis penyakit ini, suhu tubuh menurun dan terasa dingin, meski penderita merasa sudah sembuh. Rendahnya kemampuan dalam mengantisipasi kejadian DBD antara lain disebabkan karena waktu, tempat dan angka kejadian belum dapat diprediksi dengan baik, belum tersedianya indeks dan peta kerentanan wilayah berdasarkan waktu kejadian, serta belum tersedianya model prediksi kejadian penyakit DBD yang dapat diandalkan.
   Perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti ini juga sangat cepat. Faktor utama penyebaran virus dengue adalah lingkungan yang minim fasilitas sanitasi dan pengelolaan limbah. Hal-hal sederhana seperti air menggenang pada bak mandi, pot bunga atau tempat penampungan air juga menjadi salah satu faktor utama mengapa perkembangannya bisa begitu cepat. Selain itu gejala DBD seringkali mirip bahkan serupa dengan penyakit lain, seperti, flu atau demam.
   Pengendalian faktor risiko yang paling efektif adalah pengendalian secara fisik, kimiawi, dan biologi dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam melakukan pengendalian sarang nyamuk (PSN) 3M plus. PSN 3M plus merupakan upaya pemberantasan sarang nyamuk secara terus menerus dan berkesinambungan melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jurnantik (G1R1J).
   Dalam proses mengatasi masalah DBD ini, peran kesehatan masyarakat sangat penting untuk mengendalikan DBD. Strategi kesehatan masyarakat melibatkan beberapa pendekatan, mulai dari pencegahan hingga pengobatan.
   Tenaga kesehatan masyarakat perlu mengkampanyekan pentingnya memberantas virus Aedes Aegypti melalui media apapun yang menjangkau masyarakat luas. Hal ini untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya untuk mengetahui bahaya dan cara pencegahan adalah langkah awal yang penting. Kemudian tenaga kesehatan masyarakat juga perlu melakukan pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan sangat penting untuk mengurangi perkembangbiakan nyamuk. Hal yang bisa dilakukan seperti rutin membersihkan penampungan air, penerapan teknologi oengendalian nyamuk, perbaikan infrastruktur sanitasi.
   Pengendalian DBD memerlukan kolaborasi multi sektor seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat itu sendiri. Secara keseluruhan, meskipun tantangan yang dihadapi dalam pengendalian DBD cukup besar, peran kesehatan masyarakat yang proaktif dan komprehensif dapat membantu mengatasi masalah ini. Melalui pendidikan, pengelolaan lingkungan, penguatan sistem kesehatan, dan kolaborasi multi-sektor, kita dapat mengurangi dampak penyakit ini dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Kata Kunci : Aedes Aegypti, DBD, Pengendalian, Tenaga Kesehatan
   Manullang, E. V., & Hafid, M. 2023. Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia 2023. Deteksi Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia Tahun 2023 (kemkes.go.id) [online]. (diakses tanggal 13 September 2024).
   KEMENKES. 2022. Demam Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue (kemkes.go.id) [online]. (diakses tanggal 13 September 2024). Â