Mohon tunggu...
moh wahyu joeliam
moh wahyu joeliam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya sekedar mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis terkait Kasus Dieselgate oleh Perusahaan Volkswagen menurut Pandangan Etika

27 Mei 2023   12:30 Diperbarui: 27 Mei 2023   12:32 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Volkswagen merupakan salah satu perusahaan otomotif terbesar dunia. Volkswagen didirikan pada tahun 1937 oleh pemerintahan Jerman dengan tujuan memproduksi massal mobil low budget untuk masyarakat Jerman. 

 Dibalik kesuksesan tersebut terdapat titik gelap yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, yakni pada tahun 2015 perusahaan volkwagen dituduh melakukan tindakan manipulatif terhadap hasil uji emisi kendaraan mesin diesel. Hampir 500.000unit kendaraan volkswagen Group yang dipasarkan di Amerika Serikat telah dipasangi defeat device menurut perkiraan EPA sebagai yang pertama kali mendapati tindakan kecurangan tersebut. Defeat device merupakan sebuah perangkat lunak khusus yang mampu memanipulasi hasil output buangan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan saat melakukan uji emisi, namun output buangan tersebut akan kembali normal ketika sedang digunakan di jalanan biasa. Cara penggunaan defeat device ini adalah perangkat yang dipasangkan pada mobil memiliki sensor-sensor khusus yang mampu mengenali kendaraan sedang melakukan uji coba atau tidak berdasarkan kecepatan, pengoperasian mesin, tekanan udara, dan bahkan posisi roda kemudi. Setelah mengenali status kendaraan tersebut perangkat mulai merubah kinerja mesin sehingga emisi yang dihasilkan tampak lebih sedikit daripada yang seharusnya dan bisa memenuhi standar yang ditentukan, namun jika digunakan di jalanan biasa perangkat tersebut mengembalikkan kinerja mesin seperti biasa yang dapat menimbulkan emisi yang melebihi standar yang ditetapkan.

 Pada kasus manipulasi ini mesin diesel yang diberi perangkat defeat device mampu megatur kadar NOx yang dipasarkan dan memberikan hasil yang tidak sama pada saat diuji dengan pada saat digunakan di jalanan biasa. Namun, jika digunakan pada jalanan biasa Kadar NOx yang dipasarkan bisa 40 kali lipat lebih besar dari standar yang ditentukan menurut EPA (EPA, 2016). Nox (Nitrogen oksida) merupakan zat polutan yang berbahaya yang dapat mengakibatkan iritasi pada sistem pernapasan serta gangguan pernapasan. Zat NOx lebih banyak dihasilkan pada kendaraan.

     Dilansir dari situs cnnindonesia.com total kerugian yang diterima Volkswagen pada tahun 2018 sekitar US$1.1 miliar(Rp 15,6 Triliun) [1]

 Masalah pada kasus ini dimulai saat perusahaan volkswagen dihadapkan pada dua pilihan yang sulit yaitu menunda peluncuran mobil baru untuk membangun mesin baru dengan pembakaran yang lebih efisien atau mencari alternatif lain agar mobil yang tidak sesuai tetap bisa dipasarkan, masalahnya biaya penundaan peluncuran mobil baru lebih tinggi daripada manfaatnya.

 Terdapat beberapa isu fakttual yang dapat ditemukan dalam permasalahan kasus manipulasi hasil emisi yang dilakukan oleh perusahaan volkswagen, pertama, mobil yang diproduksi oleh volkswagen pada saat itu mempunyai masalah pada hasil pembuangannya, kedua, volkswagen memasang perangkat defeat device pada mobil yang dipasarkan, dan yang ketiga, mobil yang dipasangi defeat device memiliki emisi yang lebih banyak saat digunakan di jalanan biasa ketimbang saat dilakukan uji coba. 

 Penggunaan perangkat defeat device jelas merupakan bentuk dari kecurangan dalam hasil uji coba karna perangkat tersebut dapat memanipulsasi hasil akhir dari uji coba emisi yang seharusnya melebihi standar menjadi kurang dari standar yang ditentukan , seharusnya tidak boleh melakukan manipulasi hasil riset atau uji coba dengan alasan apa pun, menurut teori etika moralitas menjelaskan bahwa suatu tindakan dianggap baik jika tindakan itu mendukung perilaku yang bermoral(baik) (Fledderman, 2004:44) , curang merupakan tindakan yang tidak mendukung perilaku bermoral, dalam kasus ini perusahaan volkswagen telah melakukan kecurangan maka hal itu jelas merupakan tindakan yang sudah melanggar etika, dalam sebuah uji coba hasil yang dilebih-lebihkan untuk memperkuat informasi saja tidak boleh apalagi sampai bisa merubah hasil bahkan hasil tidak sesuai dengan fakta yang ada.

 Berdasarkan pengguanaan defeat device menunjukaan bahwa perusahaan volkswagen melakukan manipulasi dengan sengaja bukan hasil atau interpretasi yang tidak benar melainkan murni sebuah kecurangan, artinya perusahaan volkswagen melakukan kecurangan dengan sengaja dan ini merupakan sebuah penipuan dalam hasil uji coba, ditambah hasil uji coba ini berkaitan dengan emisi NOx yang merupakan zat polutan yang berbahaya yang dapat menyebabkan pencemaran dan bisa merusak lingkungan, zat NOx berkontribusi terhadap hujan asam dan juga dapat merusak ekosistem, hewan, dan kehidupan tanaman, dan juga zat NOx dapat menyebakan penyakit seperti emfisema, bronkitis, dan penyakit pernapasan lainnya. Dalam kasus ini bisa dikatakan mesin terebut bisa mendatangkan bahaya tidak hanya kepada lingkungan tapi juga terhadap kesehatan manusia. Menurut teori etika hak dan kewajiban suatu tindakan dianggap baik jika tindakan tersebut dapat menghargai hak-hak orang lain (Fledderman, 2004:47), dalam kasus ini hak yang dimaksud adalah hak untuk bisa menghirup udara sehat, dan hak terhindar dari penyakit, dengan kecurangan serta pemasaran produk tidak sesuai standar yang dilakukan perusahaan volkswagen maka bisa dikatakan perusahaan volkswagen telah merampas hak orang lain. 

 Kesimpulannya, menurut pandangan etika tindakan yang dilakukan oleh  perusahaan volkswagen itu merupakan tindakan yang tidak etis. Seorang insyinyur tidak pantas melakukan kecurangan dalam uji coba apapun alasannya terlebih menyangkut masalah yang bisa mempengaruhi kesehatan lingkungan dan juga kesehatan manusia, seharusnya ketika sudah diketahui sebuah produk itu tidak sesuai batas standar harusnya produk tersebut tidak dipasarkan meskipun akan membutuhkan biaya yang lebih banyak untuk penundaan, hal ini untuk melindungi publik dan juga citra perusahaan tersebut , ketika perusahaan terbeut terbukti melakukan kecurangan maka tentu akan ada sanksi yang tentunya tidak murah dan ini juga bisa mempengaruhi kepercayaan masyarakat kedepannya.

SUMBER BERITA :

https://www.cnnindonesia.com/otomotif/20190927132013-579-434627/jalan-cerita-dieselgate-yang-bikin-vw-rugi-ratusan-triliun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun