HIKMAH ILMU SERTA PANTANGAN BAGI AHLI ILMU
Hendaklah dalam menuntut ilmu untuk selalu mensyukuri nikmat yang berupa akal dan sehatnya badan. Dalam belajar jangan di niatkan untuk mencari pengaruh, dan tidak pula untuk mencari harta dunia, kehormatan di depan pemimpin atau lainnya. Kemudian wajib adanya niat saat belajar. Sebab niat itu jadi pokok di segala keadaan atau kondisi. Merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia yang berada disisi manusia.Asy-Syekh al-imam Al-Ajal al-Ustadz Qowamuddin Hammad bin Ibrahim binismail Ash-Shoffar Al-Hanifah rahimahulloh ta'ala : Seseorang yang menuntutilmu karena akherat, maka dia akan memperoleh keutamaan, yang berupa petunjuk (atas agama yang lurus).Â
Meruginya penuntut ilmu, karena untukmemperoleh keutamaan dari sesama manusia. Terkecuali jika dalam merahi jabatan itu demi amar ma'ruf nahi mungkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan hawa nafsu sendiri maka hal itu diperbolehkan sebatas kadar yang bisa digunakan untuk menegakan amar ma'ruf nahi mungkar.Â
Penuntuk ilmu hendaknya memperhatikan belajarnya. Karena sesunggunya seorang pelajar mempelajari sebuah ilmu dengan banyak kesulitan maka jangan sampai memalingkan ilmunya untuk dunia yang rendah dan fana. Syair menyebutkan : Dunia, dunia itu paling sedikit-sediktnya hal yang sedikit pencintannya pun lebih hina dari hal-hal yang hina. Sihir dunia, membuat orang tuli dan buta, mereka binggung semua tanpa petunjuk.
Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat diri sendirinya hina
lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya. Dan menjaga diri
dari hal-hal yang membuat rendah ilmu dan ahlinya. Dan jadilah orang yang
selalu rendah diri, rendah diri yang dimaksud adalah sebuah sifat antara sifat
sombong dan menghinakan diri. Dan menjaga diri dari perkara haram juga
seperti itu. Hal tersebut bisa diketahui lebih jauh dari kitab akhlak. Asy Syekh
Al-Imam Al-Ajal Al-Ustadz yang menjadi pilar agama islam yang di kenal dengan
nama Al-Adib Al-Mukhtar menyiarkan sebuah syair karangannya :Sesungguhnya merendahkan diri itu sebagian dari budinya orang yang bertaqwa dengannya, orang yang bertaqwa naik keluhurannya. Sebagian dari
hal yang mengherankan adalah ajaibnnya orang bodoh akan kondisi dirinya,
apakah dia beruntung apa celaka. Bagaimanakah umur atau ruhnya akan
berakhir di hari kematiannya, apakah merugi atau beruntung. Kibir adalah sifat
allah swt. Khusus untuknya, maka sungguh jauhilah sifat itu dan takutlah kamu.
Imam Abu Hanifah berkata kepada sahabat-sahabatnya, agungkanlahh surban
kalian, dan longgarkanlah lengan baju kalian. Perkataan ini dikemukakan agar
supaya ilmu dan ahli ilmu tidak terpandang remeh. Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya dan sumber keutamaan, serta pertanda bagi segala hal yang dipuji. Karena ilmu pengetahuan, seperti sifat pemberani, kuat, dermawan, belas kasih dan lain sebagainya. Distatuskannya ilmu sebagai suatu hal yang mulia karena ilmu bisa menjadi sarana untuk menuju ketaqwaan. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat atau kemuliaan di sisi tuhan.Â
Bagi orang yang sedang dalam mencari ilmu hendaknya memilih dari tiap-tiap ilmu yang terbaik, dan apa yang menjadi kebutuhannya dalam kehidupannya pada waktu itu, dan apa yang dia butuhkan pada masa yang akan datang. Maka seharusnya orang yang mencari ilmu hendaknya suka bermusyawarah dalam segala hal yang dihadapi. Menuntut ilmu adalah perkara paling mulia, tetapi juga paling sulit. Karena itulah, musyawarah disini lebih penting dan juga diharuskan pelaksanaannya maka sebaiknya pelajar mempunyai hati yang tabah dan sabar dalam belajar kepada guru dalam mempelajari ilmu jangan sampai di tinggalkan sebelum sempurnanya di pelajari, dalam satu bidang ilmu jangan sampai berpindah bidang lain sebelum memahaminnya benar-benar. Pelajar selalu memegangi kesabaran hatinya dalam mengekang hawa nafsunya. Seorang penyair berkata : Hawa nafsu dialah hina. Tiap jajahan nafsu, pasti hina.Â
Ilmu itu hanya untuk di amalkan, mengamalkan berarti meninggalkan dunia dan hal-hal berkaitan dengannya demi akherat maka seyogyanya manusia jangan sampai lengah diri dari hal-hal yang bermanfaat dan berbahaya di dunia dan akherat.Â
Nama : MOH WAFIQ AZIZI
Nim : 20105010085
Tugas : Artikel ilmiah
Dosen Pengampu : Nur Afni khafsoh, M. Sos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H