Permasalahan terbaru yang sedang terjadi saat ini adalah fenomena penyakit yang disebabkan oleh corona virus disease-19 . Sungguh menarik kiranya untuk membahas penyebaran Virus Covid-19 dan memahami Covid-19 ini di filsafat ilmu dalam perspektif ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang diharapkan dapat ditemukan langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikannya
Sejak Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) menyebar pada akhir tahun 2019 di dataran Cina, virus ini telah berhasil menginfeksi banyak negara di dunia, dengan jumlah terpapar mencapai Berjuta-juta jiwa dan lebih dari ratusan ribu orang meninggal dunia.
Penyebarannya yang masif dan cepat hingga hampir di seluruh belahan dunia, dan membuat banyak negara yang kewalahan untuk melindungi warganya. Virus ini memiliki masa inkubasi 14 hari untuk menyebarkan ke penderita dengan tidak mempunyai gejala, dan kemudian ditularkan kembali ke penderita lain. Itulah yang merepotkan banyak negara untuk menangani kasus ini. Karena virus ini tidak terlihat dengan mata telanjang namun benar nyata adanya.
Lalu bagaimana covid-19 menurut tinjauan atau dari sudut pandang Filsafat ilmu, baik itu menurut ontologi, epistemologi,dan aksiologi ?
Apabila kita lihat dari sudut pandang ontologi atau hakikat dari Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) ini merupakan virus baru yang diyakini oleh para ahli ditularkan dari hewan kalelawar, dan trenggiling serta ular yang merupakan sebab diketahui masyarakat Cina adalah penikmat kuliner ekstrem di kota Wuhan.
Kedua secara epistemologi Covid-19 dipandang dalam lingkup kehidupan manusia, telah kita ketahui bersama bahwa sejak awal menyebarnya virus ini yang menjadi sangat cepat dalam proses persebarannya dan ribuan korban telah menjadi korban di hampir seluruh dunia membuat kehidupan manusia berubah. Dimana segala aktivitas masyarakat dibatasi dan tidak leluasa seperti dahulu sebelum pandemi menyerang, ekonomi dunia mandek dan seperti berhenti berputar, pasar-pasar ditutup, perusahaan melakukan phk besar-besaran hingga banyak yang kehilangan mata pencaharian.
Sekarang juga teknologi dalam jaringan menjadi sebuah kebutuhan yang teramat penting. Seperti sekolah-sekolah yang sekarang yang melakukan proses pembelajaran menggunakan aplikasi berbasis daring itu. Dimana masyarakat membutuhkan dukungan teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga kebutuhan sosial lainnya. Kebutuhan akan teknologi ini membuat masyarakat kita dapat mengakses berbagai informasi terkait kondisi masyarakat ditengah pandemi dan juga bisa bekerja dirumah tanpa melakukan kontak fisik di luar, Â sekaligus sebagai pendukung berbagai gerakan yang dilakukan masyarakat untuk memutus persebaran virus Corona melalui caranya sendiri.
Selanjutnya ketiga secara aksiologi dari Covid-19 ini ada banyak fenomena baru yang terjadi di masyarakat bagaimana nilai -- nilai spiritual sangat penting untuk dikaji. Ditengah pandemi masyarakat harus mempunyai benteng untuk menghadapi permasalahan di kehidupannya, sehingga nilai-nilai religiusitas itu tadi bisa menjadi benteng dalam meredam kegaduhan di masyarakat. Sejak kemunculan wabah ini tak bisa dipungkiri karena telah menggiring masyarakat kepada kepanikan, dan juga banyak yang frustasi hingga stress karena menghadapi permasalahan kehidupan yang berat akibat virus ini, maka diperlukan benteng tadi yaitu nilai-nilai agama agar tidak selalu berfikir pendek, karena virus ini saat datang membuat masyarakat menjadi panik dalam menghadapi persebaran Covid - 19 yang begitu cepat. Agama memang tidak memberikan langkah praktis dalam menangani Corona, tetapi merupakan nilai spiritualitas dalam membendung kepanikan masyarakat.
Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Dan wabah ini segera berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H