Cairan itu bernama Eco Enzyme, pertama kali ditemukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang berasal dari Thailand. Tokoh Pendiri Asosiasi Pertanian Organik di Thailand ini telah melakukan penelitian sejak tahun 1980-an, Kemudian diperkenalkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon, seorang peneliti Naturopathy dari Penang Malaysia. Poompanvong  mengawali atas keresahannya terhadap sampah organik yang banyak menimbulkan masalah lingkungan seperti pencemaran sungai, bau tak sedap, mengurangi tingkat daur ulang plastik, menghasilkan gas metana yang dapat meledak seketika terutama pada tumpukan yang ada di TPA dan masih banyak yang lainnya.
Indonesia sendiri tidak bisa terlepas dari pergulatan masalah sampah dan pengelolaannya, deeilansir dari Katadata Insight Center (KIC) ada seitar 175 ton sampah baru di Indonesia dalam kurun waktu perharinya, yang tertampung pada tempat pembuangan akhir dengan pengelolaan yang masih minim. Berbagai macam jenis pegelolaan sudah tentu diupayakan tapi pada kenyataannya masyarakat belum sepenuhnya menyadari akan dampak tersebut hal ini dibutikan dngan adanya data jumlah sampah organiik yanng dipaparkan sebelumnya.
Konteks pengelolaan sampah tidak etis jika hanya dibebankan pada pemerintah saja sebaliknya, pemerintah melalui lenbaga yang ada harus lebih intens mengenalkan budaya pengelolaan sampah. Pernyataan perang terhadap masalah sampah pada setiap elemen masyarakat ataupun individu harus lebih digaungkan lagi mengingat dampaknya yang luar biasa. Salah satu efek tidak langsung yang diakibatkan oleh masalah sampah yaitu peluang penyebaran penyakit akan semakin besar, seperti nyamuk dan tikus yang sering bersinggungan pada lingkungan manusia.
Eco Enzyme yang terbuat dari bahan sampah organik ini memiliki banyak manfaat untuk menanggulangi masalah-masalah di atas. Bahkan, tidak sebatas lingkugan saja! Melainkan juga dapat diolah kembali menjadi bahan baku medis seperti detoks/imun dalam tubuh, penyakit kulit, meny,embuhkan luka bakar, campuran aroma terapi, dan masih banyak kegunaan medis lainnya. Sedangkan, untuk kebtuhan sehari-hari juga dapat dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, sabun cair alami, penjernih udara alami dan lain-lainnya.
Dari pemaparan sedikit di atas ini lah yang menjadikan kami kelompok 14 KKN MIT DR UIN Walisongo Semarang, yang mengabdi di kelurahan Wates RW 1 Kecamatan Ngaliyan menjadikan Eco Enzyme sebagai salah satu program kerja. Dengan metode pendekatan edukasi ke warga, kami telah menjalankan program ini sebanyak 3 kali dimana seharusnya dalam jadwal program kerja yang terlampirkan hanya ada dua kali pelatihan pembuatan tersebut dengan peserta PKK kelurahan dan Warga RW 1 wates, akhirnya ditambah oleh pegawai staf kelurahan Wates atas perintah langsung dari Lurah setempat. Ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mengatas sampah organik yang dapat menyebabkan banyak masalah lingkungan dan kesehatan sehingga perlu adanya pengelolaan yang tepat sesuai panduan.
Cara membuat  Eco-Enzyme juga sangat mudah dan bisa dilakukan oleh semua kalangan, berikut ini adalah bahan-bahan dan alat yang diperlukan dan cara membuatnya:
- Bahan-bahan
- Sampah Organik dari buah dan sayuran
- Molase, yaitu cairan yang bersumber dari gula aren, jawa, madu
- Air Bersih
- Alat
- Pisau
- Media Penyimpanan, (botol plastik, tong atu ember dll
- Cara Membuat
- Potong atau rajang buah atau sayuran yang ada dengan pisau
- Cuci bersih bahan tersebut kemudian masukan ke dalam media yang diinginkan
- Campurkan buah atau sayuran dengan molase dan air dengan perbandingan 1:3:10
- Kemudian tutup rapat media yang sudah terisi bahan-bahan dan diamkan selama tiga bulan mendatang pada ruang tertutup. Pada proses tiga bulan inilah yang menjadi proses permetasi pengeluaran zat enzyme pada buah atau sayuran yang sangat bermanfaat untuk di olah menjadi kebutuhan sehari-hari.
-Selamat Mencoba-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H