Mohon tunggu...
Mohammad Sidik Nugraha
Mohammad Sidik Nugraha Mohon Tunggu... Editor - Textpreneur

Penyunting dan penerjemah buku berpengalaman 15 tahun lebih. Berbagi tulisan bermanfaat di media cetak dan daring.

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengenang Ketulusan Seekor Kucing Perpustakaan

22 Desember 2009   07:31 Diperbarui: 23 November 2024   13:44 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku Dewey  (Serambi Ilmu Semesta)

Tentu saja ada sesuatu yang sangat istimewa pada dirinya sehingga kucing ini dibuatkan memoar. Ia Dewey. Lengkapnya, Dewey Readmore Books. Ia tinggal di Perpustakaan Umum Spencer, Iowa, Amerika Serikat. Selama sembilan belas tahun kehidupannya, ia telah menginspirasi seorang perempuan yang hidupnya penuh cobaan dan penduduk sebuah kota kecil yang terpuruk. Semua itu bisa terjadi karena ketulusan sang kucing.

Kira-kira delapan minggu setelah kelahirannya, Dewey ditemukan dalam keadaan nyaris beku oleh Vicki Myron—manusia yang kemudian menjadi ibu angkat bagi si kucing—di antara buku-buku dalam kotak pengembalian di Perpustakaan Umum Spencer. Dewey pun tidak ketakutan apalagi berusaha melawan seperti biasa dilakukan kucing buangan pada umumnya. Dia percaya manusia yang ada di hadapannya akan menolongnya. Tanpa pikir panjang, Vicky yang ketika itu menjabat sebagai direktur perpustakaan tersebut langsung menggendong dan menyelimuti kucing itu.

Dalam waktu singkat, Dewey berhasil membeli hati seluruh staf perpustakaan. Dengan dukungan rekan-rekan sesama pustakawan, Vicki memelihara Dewey di perpustakaan itu. Dari hari ke hari, kucing itu menjelma menjadi “duta perpustakaan” meskipun tidak ada seorang pun yang menunjuknya. Hewan kecil itu sepertinya telah memutuskan untuk mengabdikan diri pada perpustakaan yang kini menjadi rumahnya.

Secara fisik, Dewey digambarkan sebagai kucing jantan yang tampan dengan bulu jingga, mata lebar, dan telinga tegak. Namun lebih dari itu, ia bersifat terpuji. Kita bisa membacanya di halaman 112: “Dewey tidak memilih-milih orang yang disayanginya. Ia mencintai semua orang tanpa pilih kasih.” Setiap hari ia menemani semua pustakawan dan pengunjung sehingga mereka merasa merekalah satu-satunya orang yang diperhatikan oleh kucing itu. Ia selalu menyambut orang pertama yang datang ke perpustakaan, duduk di pangkuan pengunjung yang membutuhkannya, menemani anak-anak selama Jam Mendongeng, dan menjadi “wakil resmi” perpustakaan jika ada pengunjung yang mengadakan rapat di sana.

Bacalah bagian yang menceritakan hubungannya dengan anak cacat bernama Crystal di halaman 114-116.

Crystal adalah anak yang cacat fisiknya paling parah …. Dewey langsung memperhatikan Crystal, tetapi mereka tidak segera menjalin hubungan. Gadis itu sepertinya tidak terlalu tertarik pada Dewey …. Sampai pada suatu minggu, Dewey melompat ke nampan kursi roda anak itu. Crystal memekik kegirangan. Dan itulah suara pertama yang keluar dari mulut gadis remaja itu setelah bertahun-tahun mengunjungi perpustakaan. Satu keajaiban Dewey.

Crystal bukanlah satu-satunya sahabat Dewey. Selain dia, ada juga seorang gelandangan yang rutin datang ke perpustakaan dan seorang anak yang setiap hari ditinggal ibunya bekerja. Setiap kali menjemput anaknya di perpustakaan, si ibu selalu bertanya, “Apa yang Dewey lakukan padamu?” Pertanyaan itu membuka obrolan di antara ibu dan anak yang tidak memiliki banyak waktu untuk bersama itu.

Kehadiran Dewey berhasil meningkatkan jumlah kunjungan ke Perpustakaan Umum Spencer yang awalnya 63.000 menjadi lebih dari 100.000 per tahun. Dari pengunjung sebanyak itu, 19,4 persen datang dari county di sekitar Clay County, wilayah tempat Spencer berada. Dewey mungkin tidak menyadari bahwa dirinya sekarang adalah staf publisitas yang secara tidak langsung telah menyebarkan keberadaan Perpustakaan Umum Spencer ke seluruh dunia. Dewey telah menjadi sahabat para pengunjung perpustakaan itu sehingga ketika ia kabur karena tergoda ingin mencicipi kehidupan di luar, banyak orang menanyakan, “Ke mana Dewey?”

Bagi orang yang tidak memelihara kucing, buku ini memberi pengetahuan bahwa kucing adalah binatang yang tertib. Dewey, misalnya, ia memiliki jadwal harian yang tetap. Mulai dari menyambut pengunjung setiap pagi sampai bermain petak umpet saat malam sebelum pustakawan terakhir pulang.


Memoar Vicki dan Spencer

Buku ini bisa juga dibaca sebagai memoar seorang perempuan yang tegar menjalani segala ombang-ambing kehidupan. Vicki Myron, penulis buku ini, dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga besar petani. Kemudian dia menikah dengan seorang lelaki baik yang lantas menjadi pemabuk kelas berat. Setelah dikaruniai anak perempuan, mereka bercerai dan Vicky menjadi orangtua tunggal. Namun, pada umur 28 tahun itu dia justru baru kuliah sarjana dan kemudian lulus dengan nilai terbaik. Di sela-sela kesibukannya sebagai Direktur Perpustakaan Umum Spencer, dia meraih gelar master di sebuah universitas yang berjarak empat jam perjalanan dari tempat tinggalnya. (Perlu diingat, waktu itu tahun 1988 dan belum ada kuliah jarak jauh.) Ketika perempuan yang mengagumkan ini merasa tertekan akibat pekerjaan penyakitnya, Dewey selalu ada di sisinya.

“Jika pikiranku mandek, lelah, atau tertekan, dia melompat ke pangkuanku atau ke keyboard komputer …. Dewey memang punya indra menakjubkan untuk mencari waktu yang tepat,” kenang Vicki. Lalu mereka berdua bermain petak umpet di perpustakaan yang telah sepi itu.

Spencer adalah kota yang belum banyak berubah sejak 1931 (hal 12). Dalam buku ini, kita dapat membaca perjalanan kota pertanian kecil yang mulai berubah sejak revolusi industri. Kemudian, kota ini terpuruk ketika Depresi Besar melanda Amerika Serikat pada dekade 1930-an. Keadaan ini diperparah dengan ludesnya pusat denyut ekonomi kota itu, Grand Avenue, akibat kebakaran besar yang diawali oleh seorang anak bermain api. Jika kota-kota lain segera pulih dari kebangkrutan ekonomi, tidak demikian dengan Spencer.

Pada akhirnya, saya menarik benang merah dalam memoar ini: Dewey, Vicki, dan Spencer berhasil bertahan dari keterpurukan dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.


Selamat membaca,

Mohammad Sidik Nugraha


Data Buku

Judul: Dewey, Kucing Perpustakaan Kota Kecil yang Bikin Dunia Jatuh Hati

Penulis: Vicki Myron dan Brett Witter

Penerjemah: Istiani Prayuni

Penyunting: Mita Yuniarti dan Anton Kurnia

Penerbit: Serambi Ilmu Semesta

Terbit: I, Oktober 2009

Tebal: 400 halaman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun