Sayangnya, dalam penentuan ketiga calon itu, peran tokoh tua masih sangat dominan. Ada Bu Mega, Pak SBY, dan Pak Prabowo. Padahal, kemenangan ditentukan oleh generasi milenial.
Menjelang batas waktu pendaftaran calon pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk Pilkada 2017, Partai Alay Nusantara (Panu) bersama beberapa elemen masyarakat membentuk Koalisi Kemesraan (selanjutnya kadang disebut Komes). Koalisi ini dibangun untuk menjadi penyeimbang bagi Koalisi Kebangsaan dan Koalisi Kekeluargaan.
Apalah artinya berkeluarga dan berbangsa jika tanpa kemesraan? Apa gunanya pesta demokrasi kalau akhirnya hanya melahirkan barisan sakit hati? Bukankah itu yang terjadi setelah pemilihan presiden yang mempertarungkan Jokowi dan Prabowo pada 2014? Kegalauan itulah yang mendorong kami memutuskan untuk membangun koalisi berbasis cinta ini.
Kami menilai, Jakarta perlu dipimpin oleh sosok yang mengedepankan kemesraan. Bayangkan saja, ketika melakukan penggusuran, dia akan bernyanyi atau berpuisi ketimbang marah-marah. Alangkah bahagianya, warga kota ini jika memiliki pemimpin dengan senyum yang manis, suara merdu, dan pandai merangkai lirik. Oleh karena itu, kami mempertimbangkan secara saksama siapa yang memenuhi kriteria tersebut.
Semalam, saking pedulinya terhadap kota ini, kami begadang untuk menentukan dua orang yang dinilai paling cocok untuk memimpin Jakarta selama lima tahun ke depan. Dalam mengambil keputusan, Koalisi Kemesraan sangat memperhatikan aspirasi simpatisan kami yang sebagian merupakan generasi milenial. Akhirnya, pilihan jatuh kepada Raisa sebagai gubernur dan Isyana sebagai wakil gubernur.
Kami tidak perlu menjelaskan siapa kedua penyanyi yang sedang tenar-tenarnya itu. Ketik saja nama mereka di peramban Google. Informasi perihal Raisa dan Isyana ada banyak di internet. Termasuk kabar burung soal Raisa yang baru putus dengan Keenan. Melalui siaran pers ini juga, kami mendoakan Raisa segera move on jika berita itu memang benar.
Karena pendaftaran jalur mandiri atau perseorangan atau independen sudah lama ditutup dan Panu bukan partai resmi sehingga tidak dapat menggunakan jalur parpol, kami memutuskan untuk menggunakan jalur sepeda dan jalur busway. Semoga lewat jalur alternatif itu, kami tidak akan terjebak kemacetan. Namun, bisa saja kami terjebak nostalgia. Â
Kami belum memberi tahu Raisa dan Isyana tentang keputusan ini. Kemungkinan besar harapan kami akan bertepuk sebelah tangan dan Koalisi Kemesraan akan layu sebelum berkembang. Meskipun demikian, kami berharap kemesraan ini janganlah cepat berlalu.
Sambutlah pilkada dengan gembira!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H