Mohon tunggu...
Mohammad Sidik Nugraha
Mohammad Sidik Nugraha Mohon Tunggu... Editor - Textpreneur

Penyunting dan penerjemah buku berpengalaman 15 tahun lebih. Berbagi tulisan bermanfaat di media cetak dan daring.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tak Ada Paman Gober di Panama Papers

19 April 2016   09:37 Diperbarui: 19 April 2016   10:07 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Paman Gober dikira minggat untuk menghindari pajak. Dok.pri"][/caption]Menurut Forbes, majalah yang rutin merilis daftar peringkat hartawan terkaya di dunia, Paman Gober lebih kaya daripada Warren Buffet. Kekayaannya mencapai 65,4 miliar dolar Amerika, sedangkan Buffet memiliki harta senilai 60,8 miliar dolar Amerika. Bahkan, jika dibandingkan dengan tokoh komik lain, seperti Bruce Wayne alias Batman yang ditaksir hanya memiliki 7 miliar dolar Amerika, paman Donal Bebek itu malah jauh lebih kaya.

Dalam bahasa Inggris, Paman Gober bernama Scrooge McDuck. Dia pertama muncul sebagai tokoh antagonis dalam komik Donald Duck: Christmas on Bear Mountain karya Carl Barks yang diterbitkan oleh Dell Comics di Amerika Serikat pada Desember 1947, tetapi kemudian menjadi judul komik tersendiri pada 1952. Hasil penelurusan lebih jauh menunjukkan seratus tahun sebelumnya di Inggris nama Scrooge muncul dalam novela karya Charles Dickens berjudul A Christmas Carol (1843).

Dalam cerita fiksi, nama sering mencerminkan dan menjadi petunjuk pertama tentang karakter si tokoh. Seperti itu pula dalam novel Dickens dan komik Barks, Scrooge yang berarti pelit memiliki sifat kikir dan berperangai tidak menyenangkan. Saking menyebalkannya, penduduk Kota Bebek menunggu-nunggu ajal si bebek terkaya di dunia. Setidaknya, itulah yang ada dalam cerita pendek “Kematian Paman Gober” karya Seno Gumira Ajidarma yang ditafsirkan sebagai sindiran kepada Presiden Soeharto pada 16 Agustus 1994. Sampul majalah Time terbitan 19 Desember 1994 pun menyindir Newt Gingrich, anggota Kongres Amerika Serikat dari Partai Republik ketika itu,  dengan menyebutnya “Uncle Scrooge”.

Ya, siapa saja bisa punya sosok yang dianggap menyebalkan. Lebih-lebih jika dia pengusaha yang menjadi penguasa—atau sebaliknya—dan diketahui memiliki perusahaan cangkang di negara suaka atau surga pajak. Apa lagi perbandingan paling pas untuk manusia seperti itu selain bebek tua pelit yang gemar menumpuk harta?  

Alkisah, sebagai bebek peking asal Skotlandia, Paman Gober mulai mencari uang dengan menyemir sepatu saat remaja di Glasgow. Dia justru menerima uang logam Amerika yang tidak laku sebagai bayaran pertamanya. Namun, koin itulah yang membawanya ke tanah impian Amerika Serikat.  Oleh keluarganya, Paman Gober sempat dikira sengaja menghindari pajak. Dia memang pelit, tetapi tidak licik seperti yang dikatakannya sendiri kepada penjahat di pedalaman Australia. Kepada musuh bebuyutannya, Flintheart Glomgold alias Gover Bebek, dia mengatakan orang yang curang tidak akan makmur. Dia sosok hartawan sejati yang tidak perlu mengalihkan kekayaannya di negara yang menerapkan pajak rendah. Meskipun sambil marah-marah, dia selalu menerima secara terbuka petugas pajak yang datang ke rumahnya.

[caption caption="Saya bukan bebek licik. Dok.pri"]

[/caption]Kalau ingin mengelabui petugas pajak, Paman Gober tidak mungkin membangun gudang uang yang diketahui secara umum dan sering coba dibobol oleh Beagle Boys alias Gerombolan si Berat. Dalam bangunan itu, dia yang berpakaian lengkap—kadang baju renang—dan berkacamata melompat dan meluncur ke bawah dengan tangan menjulur ke depan, seperti atlet renang, ke uang logam yang tumpukannya menyerupai air bergelombang dalam kolam. Itulah salah satu gambar yang mungkin paling berhasil mengungkapkan betapa Paman Gober, bebek terkaya di dunia, sangat mencintai dan mengetahui cara bersenang-senang dengan hartanya, tetapi tidak tercantum dalam Panama Papers.

Jakarta, 19 April 2016

Moh. Sidik Nugraha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun