Mohon tunggu...
mohrizalky
mohrizalky Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Tadris Matematika UIN MALIKI Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karakter Sesungguhnya Seorang Pununtut Ilmu "Generasi Penerus Bangsa"

12 Maret 2019   00:40 Diperbarui: 12 Maret 2019   01:00 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Adab lebih tinggi dari pada ilmu" adalah salah satu ungkapan dalam Agama Islam yang menggambarkan bagaimana adab/akhlak atau perangai baik sangat diperlukan dalam menuntut ilmu, dengan harapan ilmu yang nantinya didapatkan akan bermanfaat baik bagi si pencari ilmu maupun orang lain.

Memang sebenarnya, suatu pendidikan yang diterapkan harus dilandaskan pada nilai-nilai moral atau norma, sebagai acauan keberhasilan dan kompetensi pendidikan. Pendidikan akan berhasil jika hasil atau output yang didapatkan mempunyai ahlaq atau kepribadian yang dapat mencerminkan pribadi yang memang terdidik dan mampu menjadi teladan bagi yang lain.

Dikatakan bahwa "Adab lebih tinggi dari pada ilmu", tidak salah memang, sebab  seberapa banyak ilmu yang didapatkan dengan tanpa disertai dengan ahlaq akan menjerumuskan pribadinya kepada perilaku `kerusakan. Betapa banyak kesewenang-wenangan kakuasaan, korupsi, kerusakan alam dsb. yang dilakuakan oleh kalangan berilmu?

Menjawab hal ini, sistem kurikulum pendidikan sekarang yakni K-13 mempunyai 4 aspek penilaian utama diantaranya, aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap dan aspek perilaku. Ini sesuai dengan keadaan dunia pendidikan akhir-akhir ini, yang menunjukan semakin lunturnya moral para generasi muda kita. Dan baru-baru ini, masih sangat hangat berita seorang siswa SLTP yang berani menganiaya gurunya. Melihat ini,tidak boleh kita simpukan memang bahwa pendidikan negara kita belum berjalan dengan baik, tetapi masalah ini sebagai bahan evaluasi terhadap nanti bagaimana pendidikan akan dilaksanakan dengan lebih baik lagi.

images-5c86a0dc6ddcae4a0a0f27a7.jpeg
images-5c86a0dc6ddcae4a0a0f27a7.jpeg
Penulis masih ingat bagaimana masa sekolah waktu SD dan SMP dulu, dimana para siswa dengan penuh semangat dan  tawadhu'nya setiap pagi berebutan menyalami para guru yang datang walaupun helm pun belum sempat dilepasnya. Sungguh pemandangan yang menyejukan bukan?, mungkin ini salah satu cerminan hal yang ingin di bangkitkan lagi oleh pemerintah melalui K-13nya.

Melalui sekolah sebagai unit pendidikan formal yang ada, dapat diterapkan dengan salah satu caranya adalah proses bimbingan dan konseling. Proses ini akan lebih efektif dan efisien lagi jika seluruh stakeholder yang ada disekolah turut berperan. Diantaranya Kepala Sekolah sebagai pemegang kebijakan tertinggi di sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing sebagai Konslor, Guru Mata Pelajaran, Guru Administrasi (Tata Usaha) serta Wali Kelas. Dimana proses ini akan berjalan sesuai dengan harapan, jika masing-masing guru melakukan perananya serta dapat kolabrasi dengn baik dalam pemecahan masalah ataupun peningkatan kualitas pendidikan.

Sebagai simpulan bahwa ilmu memang segalanya, tetapi ilmu dengan tanpa adanya akhlak sebagai dasar tidak akan bernilai karena hakikat ilmu yang benar-benar benar! adalah tersikap dalam perilaku yang baik ahlaqul karimah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun