Sebagai anak muda dan pegiat literasi, gua sering banget dapet pertanyaan kayak, "Apa sih yang lo cari dalam hidup?" Nah, setelah baca Tuhan Ada di Hatimu karya Habib Ja'far Al-Hadar, gua ngerasa buku ini kayak pelita kecil yang ngajarin gua buat nyari jawaban bukan di luar sana, tapi di dalam hati sendiri. Buku ini bukan cuma membahas soal agama atau keimanan, tapi lebih ke perjalanan menemukan Tuhan di tengah kehidupan yang sering kali rumit dan absurd.
Apa Itu "Tuhan Ada di Hatimu?"
Buku ini sebenarnya lebih mirip diary spiritual daripada buku filsafat berat. Habib Ja'far ngajak kita buat mikirin ulang konsep ketuhanan, tapi dengan cara yang santai dan relatable. Dia nggak maksa kita buat percaya ini atau itu, tapi lebih ke arah gimana kita bisa ngerasain keberadaan Tuhan di momen-momen sederhana. Kayak waktu lo duduk sendirian di taman, atau waktu lo lagi ngobrol sama temen yang bener-bener ngerti lo.
Dalam buku ini, Habib Ja'far ngegambarin Tuhan bukan cuma sebagai entitas yang "jauh" dan nggak terjangkau, tapi sebagai sesuatu yang dekat, bahkan ada di hati kita. Dia bilang, "Tuhan itu bukan soal seberapa sering kamu ke tempat ibadah, tapi seberapa tulus kamu menjalani hidup." Ini bikin gua inget sama Rumi, penyair sufi legendaris, yang bilang, "Don't look for God in the sky; look in your own heart."
Ketulusan dan Kehidupan Sehari-hari
Salah satu hal yang paling gua suka dari buku ini adalah gimana Habib Ja'far nge-highlight pentingnya ketulusan dalam setiap hal yang kita lakukan. Dia bilang, kalau lo mau nemuin Tuhan, mulailah dari hal-hal kecil. Misalnya, dengan ngelakuin kebaikan tanpa pamrih, atau dengan nyoba untuk lebih sabar dan ikhlas waktu lo lagi diuji.
Ada satu bagian yang menurut gua keren banget. Habib Ja'far cerita soal seorang tukang becak yang selalu senyum meskipun hidupnya sederhana. Dia bilang, "Mungkin buat kita, tukang becak itu cuma orang biasa. Tapi di matanya, dia udah nemuin Tuhan di setiap kayuhan pedal becaknya." Gua ngerasa ini kayak tamparan halus buat kita yang sering kali lupa buat bersyukur dan cuma fokus sama ambisi yang nggak ada habisnya.
Kritik terhadap Ritual yang Kosong Makna
Habib Ja'far juga nggak ragu buat ngasih kritik ke orang-orang yang terlalu fokus sama ritual agama tanpa bener-bener paham esensinya. Dia bilang, "Banyak orang yang sibuk menjalankan ritual, tapi hatinya kosong." Maksudnya, percuma aja kalau lo rajin ibadah tapi lo masih gampang marah, suka ngegosip, atau nggak peduli sama orang lain.
Kritik ini menurut gua relevan banget, terutama di era sekarang, di mana banyak orang yang kelihatan "sholeh" di luar, tapi sebenarnya kehilangan makna dalam ibadahnya. Gua jadi inget kutipan dari Mahatma Gandhi yang bilang, "Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony." Intinya, ritual itu penting, tapi harus sejalan sama apa yang ada di hati kita.