Mohon tunggu...
Moh Jafar Umar
Moh Jafar Umar Mohon Tunggu... Politisi - Universitas Negeri Semarang

Stoik Muda

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Tim UNNES Giat 10 Soropaten Mengulik Desa Soropaten yang Kaya Budaya dan Sejarahnya : Ada Rutinan Wayang dan Situs Ngelumbang Dungik!!!

3 Februari 2025   13:38 Diperbarui: 3 Februari 2025   13:38 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kegiatan Rutinan Malam Jumat Pon (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tim UNNES Giat 10 Soropaten melakukan penelurusan terhadap kebudayaan dan situs bersejarah yang ada di Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. Dalam penelusuran tersebut, mereka menemukan berbagai jenis kebudayaan yang ada. Salah satunya yaitu Rutinan Wayangan Malam Jumat Pon dan Situs Ngelumbang Dungik.

Pada tanggal 19 Desember 2024, Tim UNNES Giat 10 Soropaten melakukan peninjauan terhadap situs bersejarah yang berada di Dukuh Ngelumbang Dungik. Dalam peninjauan ini dipandu oleh Bapak Agus selaku ketua KPCBND (Kawasan Pelestarian Cagar Budaya Nasional Daerah). Beliau menerangkan bahwa situs bersejarah ini telah lama ditemukan, namun belakangan tahun ini, beliau dan warga setempat baru sempat memperhatikan keberadaan situs tersebut. Perlu diketahui bahwa Situs Ngelumbang Dungik ini merupakan peninggalan masa Hindu-Buddha pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi, peninggalan tersebut berupa Yoni yang berarti bagian/tempat (kandungan) untuk melahirkan.

Foto Kunjungan Situs Ngelumbang Dungik (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto Kunjungan Situs Ngelumbang Dungik (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bukan hanya situs bersejarah yang ada di Desa Soropaten ini. Ternyata terdapat kebudayaan yang rutin dilakukan setiap malam Jumat Pon. Kebudayaan ini sangat lekat sekali dengan budaya Jawa yaitu Wayangan. Setiap Malam Jumat Pon, di Dukuh Pandanan, Desa Soropaten menggelar acara wayangan. 

Pada penelusuran kedua, Tim UNNES Giat 10 Soropaten diberikan kesempatan langsung untuk menyaksikan pagelaran Rutinan Wayangan Malam Jumat Pon. Saat itu Wayangan di Dalangi oleh Ki Juwahir Leboo Carito yang bercerita tentang Begawan Ciptaning, yaitu menceritakan pertapaan dari Arjuna salah satu ksatria Pandawa. Pagelaran tersebut dilaksanakan pada 26 Desember 2024 dan dilakukan secara rutin setiap malam Jumat Pon.

Menilik sekilas sejarahnya, Pagelaran Rutin Wayang Jumat Pon ini dilaksanakan sudah sejak jaman penjajahan Belanda. Menurut keterangan bapak Nugroho selaku Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) menerangkan bahwa dahulu di Dukuh Pandanan ini terdapat tokoh masyarakat yang terkenal bernama Kyai Karsoredjo. Beliau kemudian bertemu dengan tokoh proklamator Indonesia yaitu Bapak Ir. Soekarno sekitar tahun 1934-1935. Berkat pertemuan antara dua tokoh penting tersebut dibangunlah sebuah menara yang dikenal dengan Tugu Wasesa.

Jauh sebelum pertemuan antara kedua tokoh tersebut, yang melatarbelakangi rutinan wayang ini bermula pada tahun 1921-1926. Dimana tahun tersebut terjadi wabah penyakit PES yang menyerang warga dukuh Pandanan. Menurut ceritanya, pada saat itu,  apabila seseorang mengalami sakit dipagi hari, maka kemudian akan meninggal di sore harinya. Begitu pula bila sakit diwaktu sore, maka pagi harinya akan meninggal dunia. Untuk mengusir wabah tersebut diadakan ritual. Singkat cerita, sebagai ungkapan rasa syukur, warga mulai tahun 1926 -1935  menggelar acara syukur antara lain menggelar pentas pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dengan Lakon Barata Yudha Jaya Binangun dan lain sebaganya. Tradisi menggelar wayang kulit tersebut terus dilakukan secara rutin oleh warga dukuh Pandanan pada setiap malam Jum'at pon. Konon, katanya sempat terhenti beberapa tahun karena masih penjajahan, namun dilaksanakan kembali hingga sekarang ini. Bahkan banyak dalang dari luar daerah Soropaten yang menganti untuk melakukan pewayangan di desa tersebut.

Budaya Rutinan Wayangan dan Situs Ngelumbang Dungik menjadi perhatian utama bagi Desa Soropaten. Sinergi antara budaya dan sejarah berada dalam satu wilayah. Kearifan lokal yang hingga kini masih dipertahankan. Rutinan Wayangan yang selalu digelar Malam Jumat Pon hingga sekarang dan perlindungan situs bersejarah Situs Ngelumbang Dungik. Desa Soropaten ini memang pantas dijuluki sebagai Desa Wisata Religi. Bagi para kebudayaan maupun sejarawan, Soropaten patut kalian kunjungi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun