Mohon tunggu...
Moh Ikhsani
Moh Ikhsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Meja Hijau yang Mengakhiri

29 September 2022   10:09 Diperbarui: 11 Oktober 2022   14:49 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: sosok.grid.id

Kota Kepler, di sana hidup satu keluarga kecil yang harmonis, pernikahan yang sudah berjalan sepuluh tahun itu baik-baik saja. Setiap sebulan sekali, mereka pergi makan di restoran mewah langganan mereka.

Tepat seminggu yang lalu, mereka berlibur ke luar kota. Menikmati keindahan gugusan Kepulauan Raja Ampat yang memanjakan mata.

Melihat birunya air laut yang mampu menghipnotis mereka, serta senja yang mulai menampakkan diri sebelum malam tiba.

Elkan, tulang punggung keluarga, dia seorang pengacara di sebuah firma hukum. Istrinya, sehari-hari mengurus kedua buah hatinya. Bahar, anak pertama yang masih kelas empat SD, dan Laila yang masih jatuh bangun belajar berjalan.

Hari itu rumah mereka ramai oleh suara tangisan si kecil. Elkan yang sedang libur kerja memilih untuk seharian di rumah, bermain bersama kedua anaknya. Menikmati momen yang sudah lama dia rindukan.

Keluarga kecil itu hidup harmonis, tapi perlahan kerenggangan mulai muncul. Kecurigaan Jihan kepada Elkan yang menerima telepon di malam hari menjadi awal dari permasalahan mereka.

Siang hari saat anak mereka tidur, mereka duduk di ruang keluarga.

"Semalam kamu dapat telepon dari siapa?" Jihan bertanya. "Kok sepertinya akrab banget," lanjutnya.

"Oh, itu klienku. Dia sedang ada masalah." Jawab Elkan.

"Oh iya? Masalah apa?" Jihan kembali bertanya.

"Masalah harta warisan keluarganya," jawab Elkan.

"Memangnya kenapa?" Elkan ganti bertanya.

"Gakpapa, cuma tanya aja." Jawab Jihan.

Di sore hari, Elkan mengajak istri serta kedua anaknya makan di kafe tempat mereka pacaran dulu. Mereka berangkat pukul 16.00 dengan mobil Toyota Land Cruiser hitam yang baru saja dibeli.

Selama 20 menit mereka di tengah perjalanan yang sedang macet oleh kendaraan para pekerja pabrik yang baru pulang kerja.

Mereka terjebak oleh keramaian kendaraan sebelum akhirnya sampai di lokasi yang mereka tuju.

Mereka langsung turun dari mobil begitu sampai. Elkan, membawa tas kecil di tangan kanan sambil menggendong Laila yang belum bisa berjalan. Sementara Jihan, menggandeng putranya menuju kursi yang sudah mereka pesan.

Menu-menu yang mereka pesan dikeluarkan oleh pelayan kafe. Jus, pasta, roti bakar, dan nasi goreng terhampar di hadapan mereka.

Di tengah mereka menikmati makanan, mereka dikejutkan oleh keributan pengunjung lain tepat di belakang mereka.

Dua orang pria yang sedang beradu mulut karena persoalan tanah. Rupanya, mereka berselisihan atas jual beli tanah yang telah mereka lakukan.

"Anda bukan beli tanah milik Pak Marwan, karena tanah itu sebenarnya milik saya bukan milik dia!" ucap Pria Berkaus Biru.

"Mana mungkin? Tanah itu bukan milikmu! Jangan mengaku-ngaku ya!" jawab Pria Berkaus Merah juga dengan nada tinggi.

"Hei! Sertifikat tanah yang Anda terima itu palsu. Saya punya yang asli!" ucap Pria Berkaus Biru.

"Apaaa? Tidak mungkin!" jawab Pria Berkaus Merah masih meyakini bahwa sertifikat tanah yang dia dapat dari Pak Marwan itu asli.

Laila yang masih kecil ketakutan dan menangis melihat keributan yang terjadi.

Pria Berkaus Merah lalu pergi meninggalkan Pria Berkaus Biru seorang diri di kafe itu.

Elkan, yang di awal tidak ingin ikut campur permasalahan mereka, akhirnya memberanikan diri menghampiri Pria Berkaus Biru.

"Maaf, Bapak sedang ada masalah?" Elkan bertanya.

"Iya." Jawab Pria Berkaus Biru.

"Adik ini siapa, ya?" lanjut Pria Berkaus Biru bertanya.

"Saya Elkan. Saya seorang pengacara, barangkali saya bisa bantu, Bapak." Jawab Elkan.

Pria Berkaus Biru lalu menceritakan permasalahan yang dialaminya. Cukup lama Pria Berkaus Biru bercerita, hingga akhirnya setelah mendengar cerita itu, Elkan berjanji akan membantunya.

Setelah bertukar nomor telepon dan rencana mengadakan pertemuan lanjutan, mereka pergi dari kafe itu.

Di tengah perjalanan menuju rumah, Jihan bertanya kepada Elkan.

"Kamu mau bantuin Bapak itu?" tanya Jihan.

"Iya," jawab Elkan.

"Kenapa? Kamu gak takut nanti terjadi sesuatu?" Jihan kembali bertanya.

"Tidak. Aku hanya ingin bantu dia. Tidak ada yang aku takutkan," jawab Elkan.

Setelah perjalanan selama 15 menit, mereka sampai di rumah. Jalanan di malam itu terasa sepi daripada sore tadi yang membuat mobil mereka hampir tidak bisa bergerak.

Sesampainya di rumah, Elkan duduk di teras dengan laptop di depannya, dia mulai menganalisis permasalahan Pria Berkaus Biru tadi. Di malam itu, buah hatinya sudah tidur lelap sejak perjalanan pulang dari kafe.

Jihan datang menghampirinya dengan membawa satu gelas kopi cappucino kesukaan Elkan. Mereka lalu duduk berdua di teras dengan suara-suara jangkrik yang menemani mereka malam itu.

"Ini minum dulu," ucap Jihan sambil menyodorkan gelas.

"Hmm, baunya enak," ucap Elkan.

"Kapan kamu bertemu lagi sama Bapak itu?" tanya Jihan.

"Secepatnya, tapi aku harus mengabari kantor terlebih dahulu," jawab Elkan.

Elkan lalu menelepon Susi, pimpinan firma hukum tempatnya bekerja. Dia menyampaikan permasalahan yang baru dia dapatkan.

Awalnya, Susi tidak mau membantu karena Pria Berkaus Biru tidak mendatanginya secara langsung untuk meminta bantuan. Melainkan Elkan yang menawarkannya.

Tapi, Elkan berhasil meyakinkan Susi, membuatnya mau untuk membantu menyelesaikan permasalahan itu.

Malam itu hujan turun dengan sangat deras, menumpahkan seluruh airnya hingga tempias ke teras dan membubarkan mereka yang sedang duduk di sana.

Beberapa hari kemudian, Elkan berangkat ke kantor untuk membahas lebih lanjut permasalahan yang akan dia dan timnya bantu. Tidak lupa, dia juga mengajak Pria Berkaus Biru untuk datang.

Satu jam kemudian, Elkan dan Pria Berkaus Biru sudah berada di kantor. Mereka langsung membicarakan langkah-langkah yang akan mereka ambil. Diputuskan bahwa hari itu juga mereka akan melaporkan persoalan itu ke kepolisian.

Elkan, Pria Berkaus Biru, Susi, dan Nana (sekretaris pribadi Susi), bersama-sama menuju kantor kepolisian.

Sesampainya di sana, mereka melaporkan persoalan yang sedang mereka bantu, tidak butuh lama bagi pihak kepolisian untuk memproses laporan mereka di hari itu. Kini, mereka tinggal menunggu kabar lanjutan dari pihak kepolisian.

Di sore hari, Elkan sampai di rumah, dia masuk ke rumah dan melihat kedua buah hatinya asyik memakan ice cream yang terlihat sangat enak sekali.

"Tadi gimana?" Jihan bertanya.

"Lancar, tinggal tunggu kabar lanjutan dari pihak kepolisian," jawab Elkan.

"Ohh baguslah," ucap Jihan.

Elkan meletakkan tasnya di kamar, lalu mandi. Hangatnya air seperti memijat-mijat tubuhnya yang sedang lelah setelah hampir seharian bekerja.

Tujuh hari setelahnya, dia mendapatkan surat. Setelah dia baca, dia senang, karena pihak kepolisian dengan cepat langsung melimpahkan persoalan itu ke meja hijau.

Itu berarti hanya satu langkah lagi bagi dia dan tim untuk menyelesaikan persoalan.

Tiga hari kemudian, dia mendapat panggilan untuk mengikuti sidang bersama Pria Berkaus Biru. Setelah semua berkas mereka siap, mereka berangkat pukul 08.00.

Mereka sampai dan sidang segera dimulai. Terlihat Pria Berkaus Merah juga bersama tim pengacara dan kuasa hukumnya. Dia terlihat besar kepala bisa lolos dari tuntutan ini.

Sidang berjalan dengan lancar, jam demi jam mereka lalui bersama.

Terjadi adu mulut di antara kedua pihak hingga akhirnya Pria Berkaus Biru diputuskan oleh meja hijau dialah yang memenangkan tuntutan.

Tanah yang sempat lepas dari genggamannya, kini kembali ke pangkuannya. Pria Berkaus Merah terlihat menyesal mendengar putusan sang pengadil.

Bersorak-sorai dan bersyukur dilakukan Elkan, Susi, dan Pria Berkaus Biru.

Usai sidang, Elkan pulang ke rumah dan bertemu keluarga kecilnya. Dia menceritakan kepada istrinya jika persoalan telah selesai.

Hari itu Elkan sangat bahagia.

Sementara itu, Pak Marwan asyik menari menikmati hasilnya bersilat lidah. Dan bersiap untuk menjadi penghuni sel dalam waktu dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun