Desa Durbuk, 4 Agustus 2024 -- Para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari universitas islam madura telah melakukan observasi mendalam mengenai sistem pemasaran tembakau di Desa Durbuk, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Observasi ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dua sistem pemasaran yang populer di desa tersebut, yaitu sistem tebasan dan rajangan, terhadap tembakau lokal yang dikenal dengan nama tembakau Opot.
Para mahasiswa KKN memfokuskan observasi mereka pada dua sistem pemasaran tembakau yang digunakan oleh petani di Desa Durbuk. Sistem pertama adalah sistem tebasan, di mana tembakau dijual dalam bentuk daun utuh kepada pengepul atau pedagang. Sistem kedua adalah sistem rajangan, di mana tembakau diolah terlebih dahulu menjadi rajangan sebelum dijual. Kedua sistem ini memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing yang mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan petani.
Tim mahasiswa KKN yang terlibat dalam observasi ini terdiri dari 10 mahasiswa dari berbagai prodi. Mereka bekerja sama dengan kelompok petani tembakau di Desa Durbuk, yang mayoritas telah menanam dan memasarkan tembakau selama bertahun-tahun. Kolaborasi antara mahasiswa dan petani ini menjadi kunci utama dalam mendapatkan data yang akurat dan mendalam. Observasi ini dilakukan selama periode KKN, yakni dari bulan Juli hingga Agustus 2024. Selama dua bulan tersebut, para mahasiswa terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data, melakukan wawancara, dan mengamati proses pemasaran tembakau secara langsung.
Desa Durbuk, yang terletak di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Madura, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau terbaik di Indonesia. Kondisi geografis dan iklim desa ini sangat mendukung pertumbuhan tembakau berkualitas tinggi, khususnya tembakau Opot yang menjadi primadona.
Tujuan utama dari observasi ini adalah untuk menemukan sistem pemasaran yang paling efektif dan menguntungkan bagi petani tembakau di Desa Durbuk. Dengan mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing sistem, diharapkan petani dapat meningkatkan pendapatan mereka dan mengurangi risiko kerugian. Selain itu, hasil observasi ini juga akan memberikan rekomendasi kepada petani dan pemerintah desa untuk pengembangan sistem pemasaran yang lebih baik di masa depan.
mahasiswa menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan data, termasuk wawancara langsung dengan petani, pengamatan proses pemasaran, serta analisis data penjualan dan pendapatan petani. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara komparatif untuk melihat efektivitas masing-masing sistem pemasaran.
Dari hasil observasi sementara, ditemukan bahwa sistem rajangan cenderung memberikan pendapatan yang lebih tinggi bagi petani dibandingkan dengan sistem tebasan. Hal ini disebabkan oleh nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan tembakau menjadi rajangan. Namun, sistem rajangan juga memerlukan biaya dan tenaga kerja tambahan, yang menjadi salah satu kendala bagi petani yang memiliki sumber daya terbatas. Sebaliknya, sistem tebasan lebih sederhana dan cepat dalam pelaksanaannya, namun sering kali petani mendapatkan harga yang lebih rendah. Para pengepul dan pedagang cenderung menentukan harga dengan mempertimbangkan risiko dan biaya transportasi, sehingga petani tidak mendapatkan keuntungan maksimal.