Kufur merupakan kata yang mewakili makna yang majemuk seperti "tidak percaya", "tidak yakin", "meragukan" "menyepelekan" dan kata ini memiliki antomim dengan kata "Percaya", "Yakin", "tidak ragu" . Kata kufur jika tidak dimaknai berdasarkan langkah pengindahan maka kata tersebut sering dianggap sepele.Â
Kekuatan pemaknaan kufur terjadi, terwujud, terbentuk apabila nampak didalam hati dan perbuatan, contohnya ketika seseorang diperingatkan untuk tidak mendekati memegang pagar listrik maka ketika dia percaya dia tidak akan memegangnya, namun sebaliknya ketika seseorang itu kufur atau tidak meyakini maka dia akan memegangnya. Lalu apa yang terjadi? bisa kita bandingkan nasib seseorang itu jika percaya dan jika dia tidak percaya.
Teman teman ketika kita kaitkan dengan apa yang tertulis dalam buku pedoman seluruh manusia yang terwujud dalam bentuk Al-Qur'an maka ada banyak peringatan dan batas-batas yang di tentukan didalamnya. dan seluruh peringatan dan batas-batas itu memiliki konsekuensi bagi siapapun yang melanggarnya. Perhatikan ayat di gambar artikel ini:
Gambarkan seseorang yang kufur itu adalah orang yang tidak percaya, tidak yakin, ragu-ragu, terhadap semua peringatan dan batas-batas yang Tuhan tentukan, sehingga perbuatan kita keluar dari batas-batas itu. Ketika kita membiarkan diri kita sendiri untuk melanggar peringatan itu kadang kita merasa benar dan mencoba mencari pembenaran. Misal pacaran syariah, ketika kita tau bahwa batas batas zina itu sudah jelas, mendekatinya saja tidak boleh apalagi mencoba mencari pembenaran untuk masuk kedalamnya dengan istilah pacaran syariah.Â
ketika itu kita lakukan sebenarnya kita mengklaim secara tidak langsung bahwa kita tidak percaya terhadap firman Allah Swt yang menyinggung tentang zina, dan kita tidak percaya terhadap ancamannya. Meski kita merasa bahwa kita rajin shalat, shadaqah, cinta rasul, cinta Allah, terus berdzikir dan beramal shaleh.Â
Itulah kenapa tuhan menyinggung tentang perbuatan orang yang sia-sia amalnya. meskipun kita sering membaca al-quran tapi tanpa pendalaman itu sama aja, karena pada hakikanya sudah bukan lagi belajar iqro.Â
Mudah-mudahan kita diberikan sebuah pemahaman dalam urusan agama serta diberikan takwil nya dari apa yang kita pelajari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H