Bonjour...
Selamat untuk Prancis  yang berhasil mendapatkan Trofi Piala Dunia keduanya setelah yang pertama pada tahun 1998. Beruntung bagi kita yang masih sama-sama bisa menyaksikan Prancis merayakan gelar juaranya walaupun dalam rentang waktu yang cukup lama, 20 tahun!Â
Didier Deschamps adalah orang yang paling merasa beruntung karena berhasil mendapatkan keduanya baik sebagai kapten tim maupun sebagai pelatih mensejajarkan diri dengan legenda Jerman Franz Beckenbauer dan legenda Brazul, Mario Zagallo yang juga berkesempatan meraih keduanya saat sebagai pemain dan pelatih.
Kesuksesan Deschamps murni merupakan hasil evaluasi nya pada saat Piala Eropa 2016 lalu yang dimana mereka gagal membawa pulang Trofi bergengsi se-Eropa tersebut saat harapannya dihancurkan oleh Eder.
Permainan Prancis yang rapat dan rapi merupakan implementasi kesabaran yang ada di diri Deschamps, ia tahu benar dengan kemampuan pemain-pemainnya, bahkan kita yang tak pernah tahu, siapa itu Pavard sebelum gelaran Piala Dunia, dan juga mungkin hanya segelintir yang tahu bahwa Benjamin Pavard adalah seorang bek tengah murni yang  bisa dimainkan di posisi gelandang bertahan.Â
Dahi kita pun semakin berkerenyit jika melihat Starting Line-Up yang dikeluarkan oleh Deschamps, Blaise Matuidi ditempatkan sebagai sayap kiri alih-alih sebagai gelandang tengah,dimana posisi regulernya bermain. Kita malah asik membully Deschamps dengan seenak hati, harusnya beginilah, harusnya si itu lah yang lebih pantas masuk skuad Prancis.
Prancis kekurangan sayap kiri hingga harus menempatkan Matuidi di posisi itu ? masih ada nama Fekir, Dembele, bahkan Martial, namun Deschamps ternyata lebih cerdik dari yang kita perkirakan, Matuidi mempunyai tugas tetap menjaga kedalaman pertahanan dengan perannya sebagai Defensive Winger dan bahkan bisa beralih agak sedikit ke tengah saat yang lain menyerang ia tetap di posisi tengah sedangkan Griezmann mengisi pos sayap kirinya, cukup lihai Deschamps melihat pergerakan yang sangat dinamis ini.
Memiliki 2 sayap yang mempunyai skill di atas rata-rata bahkan Deschamps tidak pernah risau jika ternyata Giroud sang striker mereka sebenarnya malah tidak pernah mencetak gol sama sekali bahkan untuk menembak sekedar tepat sasaran pun tidak, hal yang janggal untuk seorang striker.
Rupanya Deschamps hanya mengulang sistem tahun 1998 ketika itu Stephane Guivarc'h pun sama sekali tidak mencetak gol meskipun ia bergantian tampil dengan Christoph Dugarry saat itu.Â
Deschamps menugaskan Giroud hanya untuk sebagai pembuka ruang dan pemberi jalan untuk masuknya winger-winger gesit mereka, Mbappe dan Griezmann, kemudian untuk bermain rapi dan rapat. Sesederhana itu pola permainan Prancis, hanya saja Belgia dan Kroasia benar-benar terpancing untuk bermain menyerang dan terbuka, mereka lupa bahwa Mbappe dan Griezmann bisa masuk dan mengancam kapan saja baik itu situasi open play maupun setpiece. sekali lagi, cerdik !
Deschamps pelatih yang tampil apa adanya, tidak perlu mengikuti kemauan orang banyak, ia sangat percaya dengan dirinya sendiri dan pemain-pemain yang dimilikinya, sekali lagi selamat menikmati Gelar Juara Dunia, Felicitations Francais !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H