Josep "Pep" Guardiola Sala, manajer berkepala plontos nan eksentrik kepunyaan Manchester City, merupakan salah satu aktor penting dalam kesuksesan Manchester Biru musim ini, meskipun musim belum berakhir tapi tampaknya genggaman Piala Premier League hanya tinggal menunggu waktu, dan kemenangan meyakinkan atas Arsenal dengan skor 3-0 dinihari tadi (25/2) di Piala Kerbau Carabao semakin menasbihkan Manchester City musim ini merupakan tim yang sangat berbahaya.Â
Namun sehebat-hebatnya suatu tim tentulah ada celah negatifnya, kritikan pun mengarah ke Pep karena jor-joran dalam bursa transfer, bahkan Manchester City musim ini telah menghamburkan uang sekitar 315 juta Euro, dimana lebih dari setengahnya atau 243 juta Euro dihabiskan untuk membelanjakan pemain belakang, terlihat boros namun apabila menilik catatan statistik hingga saat ini kebobolan mereka tersedikit yaitu 20 kali kemasukan bersama tetangganya Manchester United yang juga baru 20 kali.
Kebiasaan Manchester City menggelontorkan uang dengan jumlah besar dan kemudian diaminkan Guardiola yang seolah bebas membelanjakan uang dengan jumlah berapapun, tentu akan mengernyitkan dahi dan lantas memunculkan pertanyaan paling sederhana, dimanakah pemain akademi Manchester City? Bisakah mereka menembus tim utama yang sebegitu mewahnya ? yang kemudian akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
Tak banyak yang mengetahui siapa saja jebolan akademi Manchester City, apalagi beberapa tahun ini City tak lagi memprioritaskan jebolan akademinya, karena kedatangan bintang-bintang berharga "wah" maka makin tersingkirlah para alumnus akademi Manchester City, mungkin hanya hitungan jari yang mampu sukses dan ironisnya setelah berganti kostum ke klub lain ambil contoh Kasper Schmeichel anak Legenda Manchester United ini berhasil meraih titel liga inggrisnya bersama Leicester City musim 2015/2016 silam.Â
Masih ada nama Daniel Sturridge yang digadang-gadang akan menjadi harapan baru penyerang Timnas Inggris, namun saat ini Sturridge masih berkutat dengan cedera dan bolak-balik meja operasi kemudian Denis Suarez yang sempat merasakan tim muda City dan Kieran Trippier yang sedang berusaha menaikkan pamornya, mungkin hanya Shaun Wright-Phillips yang mampu menunjukkan sinar kebintangannya di antara alumnus lainnya, Wright-Phillips lebih sukses bersama Chelsea yang mendatangkannya dari Man City pada 2005. Tiga tahun bermain untuk Chelsea, Wright-Phillips meraih titel Premier League, FA Cup, League Cup, dan Community Shield.
Nama lainnya ? mungkin hilang ditelan zaman dan gemerlapnya tim senior The Citizens.
Kini, perlahan City mulai sadar akan pengembangan pemain mudanya, tercatat Brahim Diaz dan Phil Foden adalah calon paling potensial menjadi bintang baru kebanggan Manchester Biru.
Dengan umur yang hanya berbeda satu tahun, Brahim Abdelkader Daz, pemuda kelahiran Malaga (Spanyol) 3 Agustus 1999 silam lebih dulu merasakan debut di tim senior Manchester City, Diaz membuat debut untuk City, datang sebagai pemain pengganti di menit ke-80 menggantikan Kelechi Iheanacho di EFL Cup (Carabao Cup) melawan Swansea City. Kemudian Foden yang lahir pada 28 Mei tahun 2000 di Stockport (Inggris) menyusul debut seniornya di Manchester City pada 21 November 2017 dalam pertandingan Liga Champions melawan Feyenoord, ditandai pada menit ke-75 masuk menggantikan Yaya Toure.
Diaz disebut-sebut sebagai salah satu harapan besar di masa mendatang untuk Spayol, sedangkan Foden baru saja tampil memukau di gelaran Piala Dunia U-17.
Apa yang dikatakan oleh Pep mengenai dua anak mudanya ketika selesai pertandingan menghadapi melawan Feyenoord adalah sesuatu yang harus dicermati bagaimana Guardiola dengan bagganya memperkenalkan binaan akademi Manchester City ke khalayak ramai.