Kini, yang tersisa adalah kucing betina anakan berwarna hitam, entah ke mana saudara dan induknya.
Saya menduga, sepertinya ada yang mengadopsi, padahal usianya belakangan ini sekitar 5-6 bulan, usia yang belum siap dengan perpisahan, bahkan kalau saya selama mereka hidup tidak akan saya pisah.
Jadi, hanya si anak kucing betina yang setiap hari makan di depan rumah saya, kadang saya ajak main karena tampak kesepian.
Sampai sekarang, si cantik ini belum saya beri nama, takut kalau sebenarnya sudah punya nama.
Jadi permanent resident
Ceritanya saya iseng mengajak si kucing betina ini ke dalam rumah karena kasihan tinggal sendirian di luar, setidaknya ia juga merasakan nikmatnya tidur dalam rumah.
Ternyata, kucing-kucing penghuni tetap rumah saya langsung siaga, ada 1 yang malah agresif menyerangnya, langsung saya pisah dan bawa keluar rumah, maksudnya ke halaman belakang.
Kucing baru itu ramah sekali dengan manusia, bahkan saya tidak dianggap orang asing yang umumnya kucing baru lainnya takuti.
Ia aktif, sering mencakar dan menggigit tangan saya tiba-tiba, apa marah? Tidak, malah menggemaskan.
Lama-lama, ia nyaman di dalam rumah, tidur di sofa tanpa rasa curiga atau was-was, seolah ia menganggap rumah saya sebagai rumahnya.
Kadang, saat malam, saya mengajak salah satu kucing saya yang relatif cuek ke dalam ruang tamu untuk menemani agar tidak kesepian.
Ternyata, si kucing baru ini cuek, tidak peduli dengan kesendirian malam itu, sepertinya ia sudah terbiasa dengan kesendiriannya.