Belakangan ini, aku suka ke kedai kopi seorang diri, memilih tempat yang tidak terlalu banyak dijamah orang.
Di sinilah, aku mendapatkan ketenangan batin dalam kesendirian saat menikmati secangkir kopi tanpa gula.
Sengaja aku memesan kopi tanpa gula agar rasa kopi yang dikenal pahit dan sedikit asam ini terasa, seperti hidup yang kutelan saat ini.
Kutenggak kopi sedikit demi sedikit, meresapi pahit dan asamnya kopi yang menumpang permisi di lidah.
Getir? Tidak, aku sudah terbiasa dengan kepahitan hidup, terutama tentang pahitnya hubungan kita yang mulai tak ada kepastian.
Sedikit sekali rasa manis yang kurasakan, seperti halnya kisah indah kita yang hanya berlangsung sebentar.
Kamu dulu pernah hangat dan membuat hati ini tertambat, susah untuk lepas meskipun hanya sesaat.
Kehangatanmu itulah yang pernah kurasakan beberapa tahun lamanya, sebelum mulai menjadi dingin.
Namun, aku tidak tahu mengapa sikapmu kini perlahan mendingin, ada yang salah padaku?
Kalau ada, mengapa tidak langsung kamu katakan saja padaku apa yang salah padaku agar bisa memperbaiki diri?