Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Menahan Diri dari Pertanyaan Menyakiti Hati saat Lebaran

18 April 2023   16:54 Diperbarui: 18 April 2023   16:58 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda tanya. (Unsplash.com/Evan Dennis)

Bukan rahasia lagi kalau sering ditanya "Kapan nikah?" saat lebaran, atau juga "Kapan punya pekerjaan?" dan "Lulus kapan?"

Padahal, pertanyaan ini tidak semua orang berkenan untuk menjawabnya, bahkan terdengar seperti teror terselubung.

Di balik pertanyaan tersebut, terkandung makna bahwa di usia tertentu harus sudah memiliki pencapaian ini dan itu.

Padahal, masalah seperti pertanyaan di awal tidak bisa dijawab dengan waktu atau hal lain yang pasti.

Tidak semua orang memiliki mental yang kuat saat menghadapi bombardir pertanyaan yang menyakitkan ini.

Misal, ada yang belum kunjung menikah karena masih ingin menyembuhkan luka, belum mendapatkan pasangan yang tepat, atau malah ada yang mengidap fearful-avodant.

Perkara pekerjaan, siapa yang tidak ingin menganggur, hanya saja terbentur oleh persyaratan yang tidak masuk akal, seperti usia, pengalaman kerja, IPK, dan kemampuan di luar spesifikasi.

Selain itu, kelulusan kuliah tidak bisa secara pasti seperti halnya lulus SD, SMP, dan SMA yang pasti masa studinya.


Berkata baik atau diam
Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bisa berkata baik atau lebih baik diam jika dikhawatirkan menyakiti hati.

Seperti halnya pertanyaan kapan nikah, punya anak, lulus, atau mendapatkan pekerjaan, itu adalah pertanyaan sensitif.

Padahal, pertanyaan sampah seperti ini tidak pernah ditemukan di negara-negara luar sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun